Rabu, 10 Desember 2014

PENYUSUNAN TUJUAN DAN MATERI PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS



PENYUSUNAN TUJUAN DAN MATERI PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS
BAB  I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Kegiatan menyusun tujuan pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam proses pembelajaran. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI Nomor. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.[1]
Tujuan adalah salah satu komponen perencanaan pembelajaran. Sedangkan menganalisis dan merumuskan tujuan pembelajaran adalah langkah awal penyusunan perencanaan pembelajaran. Tujuan perencanaan pembelajaran memberikan arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran al-Quran Hadits hendaknya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun kepada yang hendak dicapai, atau gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan demikian, dapat diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya,[2] termasuk menyusun materi pembelalajaran yang dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujun yang hendak dicapai adakalanya dapat diupayakan dalam jangka waktu lama atau panjang, pertengahan atau jangka pendek. Untuk  suatu kegiatan yang harus diicapai dalam jangka waktu lama, seringkali diperlukan berbagai upaya. Upaya tersebut biasanya mempunyai langkah-langkah yang dapat menuntun ke arah pencapaian hasil akhir, yaitu tujuan. Oleh karena itu, jika perencanaan pembelajaran sebagai suatu alat pencapaian tujuan pendidikan, maka tujuan yang hendak dicapai meliputi tujuan akhir, tujuan perantara, dan tujuan segera.[3]
B.        Permasalahan
Masalah pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana menyusun tujuan dan materi pembelajaran Quran Hadis?”. Dari pokok permasalahan tersebut, penulis mengangkat beberapa sub  permasalahan, yaitu:
1.      Bagaimana prosedur dan teknik penyusunan tujuan pembelajaran Quran Hadis?
2.      Bagaimana kriteria dan prosedur penyusunan materi pembelajaran Quran Hadis?
3.      Bagaimana Prinsip-prinsip penyusunan tujuan pembelajaran Quran Hadis?

BAB  II
PEMBAHASAN

A.       Penyusunan Tujuan Pembelajaran Quran Hadis
1.         Pengertian Tujuan pembelajaran
Menurut Robert F. Mager yang dikutip Hamzah B. Uno, mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel memandang bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.[4] Martinis Yamin, memandang bahwa tujuan pembelajaaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pembelajaran, dan kemampuan yang harus dimiliki siswa.[5]
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.[6]
Berangkat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, penulis menarik satu kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran Quran Hadis adalah sesuatu yang hendak dicapai setelah kegiatan pembelajaran Quran Hadits, atau dengan kata lain tercapainya perubahan perilaku pada siswa yang sesuai dengan kompetensi dasar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik dan diwujudkan dalam bentuk prilaku atau penampilan sebagai gambaran hasil belajar.
2.      Analisis dan Kriteria Pembelajaran Quran Hadis
Tujuan pembelajaran Quran Hadis pada dasarnya merupakan rumusan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan tujuan tersebut dirumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan, dan harapan. Oleh karena itu, tujuan dibuat berdasarkan pertimbangan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan (budaya). Dengan demikian, perumusan tujuan pembelajaran Quran Hadis harus didasarkan pada harapan tentang sesuatu yang diharapkan dari hasil proses kegiatan pembelajaran. Meager memberi batasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi diri siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan panduan, arah, dan sasaran terhadap tindakan yang dilakukan.  Tujuan dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengukur tindakan, betul atau salah, ataukah  berhasil atau gagal.[7] Dengan demikian juga tujuan pembelajaran harus dapat memberi gambaran yang jelas tentang bentuk-bentuk tingkah laku yang diharapakn dimiliki oleh siswa, bentuk-bentuk tingkah laku tersebut banyak ragamnya seperti mengetahui, memahami, bersikaf positif, mampu melakukan suatu pekerjaan, dan lain-lain.[8]
Perumusan tujuan pembelajaran Quran Hadis merupakan panduan dalam memilih materi pelajaran, menentukan strategi pembelajaran dan memilih alat-alat pembelajaran yang akan digunakan sebagai media pembelajaran, dan sebagai dasar bagi guru untuk mengantarkan siswa mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu, perumusan tujuan juga dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan alat-alat penilaian hasil belajar.
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran Quran Hadis dengan baik, maka tujuan tersebut harus:
a.       Berorientasi pada kepentingan siswa, bukan pada guru. Titik tolaknya adalah perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
b.      Dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, yaitu menunjuk pada hasil perbuatan yang dapat diamati dan diukur hasilnya dengan alat ukur tertentu.[9]

3.      Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom, dan krathwohl yang dikutip Sujarwo membagi taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
a.      Kawasan Kognitif
Kawasan ini membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental seperti; pemahaman terhadap pengetahuan, menyebutkan, pengenalan dan sebagainya. Kawasan ini mengungkapkan kegiatan mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi.[10]
b.      Kawasan Afektif
Kawasan ini berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi dan penyesuaian dengan perasaan sosial.
c.       Kawasan Psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik.[11]
Kegiatan pembelajaran bidang studi Quran Hadis, hendaknya merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran terorganisir yang diarahkan secara khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mencakup ketiga kawasan tersebut, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, rumusan tujuan pembelajaran Quran Hadis harus mencakup ketiga kawasan domain tersebut.
4.      Bentuk Tujuan Pembelajaran
a.      Tujuan Pendidikan
Setiap lembaga pendidikan dalam menjalankan fungsinya selalu mempunyai harapan tentang bertuk lulusan yang dihasilakan. Lulusan yang dihasilkan setidak-tidaknya memiliki pengetahuan keterampilan, dan sikap, sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar.
Tujuan penddikan sebagai pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan ada yang mencerminkan lingkup luas dan ada yang sempit. Tujuan yang mencerminkan ligkup luas bersifat umum, oleh karenanya disebut tujuan umum, sedangkan lingkup sempit bersifat khusus  dan disebut tujuan khusus, tujuan umum menggambarkan bentuk pribadi siswa dalam wujud keseluruhan setelah menempuh pendidikan, sedangkan tujuan khusus merupakan jabaran tujuan umum yang menggambarkan ciri-ciri dari wujud pribadi keseluruhan itu.[12]
b.      Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan Pendidikan nasional adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis. Tujuan Pendidikan nasional suatu bangsa merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembanga penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk  manusia yang sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional bersumber dari falsafah Negara dan Fangsa Indonesia.  Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa falsafah merupakan suatu sistem nilai yang dianut, suatu pandangan hidup bangsa. Apa yang dianggap benar dan diyakini sebagai suatu nilai yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia menuju persatuan nasional. Oleh karena itu, pancasila merupakan dasar dan cita-cita yang ingin dicapai dalam membina generasi muda melalui lembaga-lembaga pendidikan formal.[13]
Kegiatan pembelajaran Quran Hadis sebagai salah satu bidang studi pada pendidikan Madrasah, mempuyai fungsi yang sama dengan bidang studi yang lain, yaitu sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang mempunyai tujuan akhir yang sesuai dengan arah Tujuan Pendidikan Nasional, dan tentunya merupakan bagian dari upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional pada jenjang pendidikan tertentu.
c.       Tujuan Institusional
Tujuan institusional sering disebut juga dengan tujuan lembaga atau tujuan sekolah. Tujuan institusional mencerminkan harapan yang ingin dicapai melalui pendidikan pada jenjang atau jenis sekolah tertentu. Setiap jenjang pendidikan, bahkan setiap jenis lembaga pendidikan menpunyai tujuan yang berbeda dengan yang lain. Jenjang pendidikan tertentu memiliki tujuan yang menggambarkan tinngkat hasil belajar yang dicapai siswa. Tujuan Sekolah Dasar menggambarakan tingkat pengalaman belajar baik pengetahuan maupun keterampilanyang bersipat dasar, sedangkan tujuan SMP/Mts tentu menggambarkan tingkat pengalaman belajar lebih tinggi di atas SD/MI. Demikian juga tujuan SMA/MA menggambarkan tingkat pengalaman belajar lebih tinggi dari SMP/MTs. Namun demikian, oleh karena jenjang-jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA juga lembaga pendidikan setaraf merupakan suatu jajaran dalam system pendidikan formal. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa pada suatu jenjang pendidikan tertentu dapat dilanjutkan pada jenjang pendidikan diatasnya. Ini sesuai dengan asas berkesinambungan dalam perencanaan pembelajaran. Namun oleh karena setiap jenjang pendidikan itu juga merupakan suatu terminal, maka pengalaman belajar yang diperoleh pada jenjang pendidikan tersebut juga dapat dimanfaatkan, meskipun ia tidak melanjutkan kejenjang pendidikan di atasnya.
Tujuan lembaga pendidikan ada yang bersifat umum ada yang bersifat khusus pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Tujuan umum ini dapat pula di pandang sebagai tujuan jangka panjang, karena masih menggambarkan bentuk-bentuk perilaku yang masih umum, dan belum menggambarkan dimilikinya perilaku yang berkenaan dengan pengetahuan atau keterampilan dan sikap berhubungan dengan bidang-bidang tertentu.[14]
d.      Tujuan Kurikuler (Mata Pelajaran Quran Hadis)
Tujuan pembelajaran Quran Hadis dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan kigiatan pembelajaran bidang studi Quran Hadis dalam suatu lembaga pendidikan.[15] Tujuan mata pelajaran al-Quran Hadits menggambarkan bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut dalam perencanaan pembelajaran di sekolah. Tujuan ini menjadi acuan dari bentuk-bentuk pengalaman belajar yang dicapai siswa setelah mempelajari mata pelajaran tersebut pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu, tujuan semacam ini dapat memberikan tuntutan kepada pelaksana perencanaan pembelajaran sekolah tentang materi pembelajaran Quran Hadis yang dapat dikembangkan dan disajikan.
Gambaran tentang bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tersurat dalam rumusan tujuan perencanaan pembelajaran sudah mulai jelas. Pada tujuan mata pelajaran misalnya, tujuan pertama menggambarkan bahwa siswa diharapkan dapat mengenal, memahami dan mampu mempergunakan konsep-konsep dasar al-Quran Hadits yang berguna. Di sini di gambaran perilaku yang diharapkan telah dirumuskan. Namun sampai sejauh ini kita belum mendapat gambaran tentang konsep-konsep dasar yang berguna, maka untuk menentukan luas dan dalam serta aneka ragam materi pembelajaran yang menjadi isi mata pelajaran itu perlu pula dirumuskan tujuan sebagai acuan. Tujuan itu adalah tujuan pembelajaran.
Berikut ini disajikan contoh Standar Kompotensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran yaitu:
“Kelompok mata pelajaran Agama dan Ahklak mulia bertujuan membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berahklak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewaraganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan, dan tehknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan”.[16]
Tujuan pembelajaran al-Quran Hadits menggambarkan bentuk tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa rumusan tujuan pembelajaran al-Quran Hadits harus menggambarkan bentuk hasil belajar yang ingin dicapai siswa melalui proses pembelajaran al-Quran Hadits Hadits yang dilaksanakan.
5.      Sumber-Sumber Perumusan Tujuan
Tujuan yang jelas dapat menjadi tuntutan dalam pengembangan komponen perencanaan pembelajaran lain. Tujuan yang jelas menpunyai manfaat yang sangat besar dalam pengembangan perencanaan pembelajaran. Tujuan itu sendiri menpunyai berbagai fungsi. Hilda Taba menjelaskan, bahwa tujuan setidak-tidaknya menpunyai fungsi sebaggai pemandu dalam menentukan materi yang menjadi isi perencanaan pembelajaran, bentuk-bentuk pengalaman belajar yang ingin di capai siswa, dan penetapan kriteria yang digunakan dalam menentukan materi yang harus di ajarkan serta bagaimana mengajarakannya.
Perencenaan pembelajaran sebagai alat untuk mengantarkan siswa mencapai apa yang diharapkan. Harapan itu tertuang dalam tujuan, agar tujuan yang dirumuskan dapat secara efektif dicapai, diperlukan berbagai pertimbangan. Pertimbangan itu didasari pada sumber–sumber perumusan tujuan yang digunakan. Ralp W. Tiler mengemukakan saran-saran dalam penggunaan sumber perumusan tujuan perencanaan pembelajaran, yaitu;
1.      Kebutuhan Siswa
Kajian tentang kebutuhan banyak dilakukan dalam bidang psikologi. Ini bertolak dari suatu pandangan bahwa perilaku individu selalu di arahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Kebutuhan itu secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam kebtutuhan biologis dan kebutuhan psikologis. Kebutuhan biologis berkaitan dengan berbagai kebutuhan yang dapat menunjang kelangsungan hidup sebagai mahkluk biologis, seperti kebutuhan makan, minum, atau seks. Sedangkan kebutuhan psikologis berkaitan dengan keadaan mental, seperti kebutuhan akan penghargaan, diakui oleh kelompok atau kebutuhan untuk mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.[17]
2.      Tuntutan kehidupan
Kehidupan manusia senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan yang dicapai, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Dari masa ke masa tuntutan kehidupan selalu berubah-ubah. Pada masyarakat tradisional misalnya, tuntutan kehidupan masih bersifat sederhana. Sedangkan pada masyarakat modern sudah lebih kompleks. Namun demikian, ada pula jenis-jenis tuntutan yang berlaku secara kontemporer, tidak tergantung pada berbagai jenis perubahan atau corak kehidupan. Tuntutan kehidupan semacam ini perlu dilakukan kajian untuk dijadikan sumber dalam perumusan tujuan pembelajaran.[18]
Kegiatan pembelajaran Quran Hadis sebagai bidang studi yang mengkaji Quran dan Hadis Nabi saw, tentunya diharapkan mampu menjawab berbagai tuntutan dan permasalahan yang muncul ditengah-tengah masyarakat yang semakin kompleks. Kondisi ini seyogyanya menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku pendidikan(guru) untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan tersebut.
6.      Prosedur dan Teknik Perumusan Tujuan Pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran berfungsi secara maksimal, dalam penegembangannya perlu diperhatikan dan digunakan tolak ukur atau kriteria tertentu. Hilda Taba mengemukakan tolak ukur rumusan tujuan sebagai berikut :
a.       Pernyataan tujuan harus menggambarkan jenis tingkah laku yang diharapkan serta isi atau konteks penerapannya.
b.      Rumusan Tujuan yang kompleks perlu dijabarkan sehingga tidak mengaburkan jenis tingkah laku yang diharapkan
c.       Rumusan Tujuan harus jelas menggambarkan bentuk perilaku mana dari berbagai pengalaman belajar yang beraneka ragam itu hendak dicapai
d.      Rumusan Tujuan harus jelas menggambarkan bentuk perilaku yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
e.       Tujuan harus bersifat realistis sehingga dapat diwujudkan dalam perencanaan pembelajaran maupun dalam bentuk pengalaman belajar di kelas.[19]
Untuk mengasilkan rumusan tujuan yang dapat menggambarkan hasil belajar yang diharapkan dapat diperoleh siswa, Gronlund memberikan petunjuk sebagai berikut:
a.       Mulai setiap rumusan tujuan pembelajaran umum dengan kata kerja (seperti, mengetahui, memahami,mengenal dan sebagainya).
b.      Nyatakan tentang performance (perila
c.       ku/penampilan) siswa dalam setiap tujuan
d.      Setiap tujuan harus mengambarkan hasil belajar bukan proses belajar
e.       Setiap tujuan harus menggambarkan tentang terminal behavior, bukan materi pembelajaran.
f.       Setiap tujuan hendaknya hanya mencakup satu jenis hasil belajar yang bersifat umum.[20]
B.        Penyusunan Maeri Pembelajaran Quran Hadis
1.         Pengertian Materi pembelajaran
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.[21] Hal senada juga diungkapkan oleh Joko Susilo, bahwa materi pembelajaran adalah pokok-pokok yang harus dipelajari siswa sebagai sarana  pencapaian kemampuan dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrument yang disusun berdasarkan indicator pencapaian belajar.[22] Meteri pembelajaran terdiri atas beberapa aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai.
a.       Pengetahuan, yang  meliputi fakta, konsep, prinsip, prosedur, keterampilan, dan sikap atau nilai.
b.      Keterampilan, yaitu suatu kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu, yang dapat berarti secara jasmani maupun rohani.
c.       Sikap atau nilai, yaitu berkaitan dengan sikap atau minat untuk mengikuti  materi pembelajaran yang disajikan guru, nilai-nilai berupa aspirasi terhadap sesuatu dan penyesuaikan perasaan social.[23]
Aspek-aspek tersebut hendaknya menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan materi pelajaran al-Quran Hadits dan rinciannya. Suatu satuan bahasan yang telah ditentukan ditentukan perlu dianalisis lebih lanjut tentang konsep-konsep yang terkandung dalam topik tersebut, prinsip-prinsip yang perlu disampaikan dan seterunya.[24]
2.         Kriteria dan Prosedur Pemilihan Materi Pelajaran
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Kerena itu, pemilihan meteri pelajaran al-Quran Hadits tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteri) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkuan.
Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam tujuan instruksional dan yang mendasari penentuan strategi pembelajaran:
1.      Kriteria tujuan instruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku.karena itu,materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2.      Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur
3.      Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasrkan potensi yang dimilikinya.
4.      Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri.
5.      Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa.
6.      Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sitematis dan logis.
Setiap mata pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic masalah tertentu.
7.      Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, guru yang ahli dan masyarakat.
Ketiga factor ini perlu dipertimbangkan oleh karena ketiganya akan saling melingkapi satu sama lain.[25]
Penyusunan materi pembelajaran yang sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, diharapkan dapat mengahadirkan meteri pembelajaran yang betul-betul sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai melalui kegiatan pembelajaran yang efektif. Adapun prosedur pemilihan materi pembelajaran adalah:
1.      Prosedur menerima saran dari para ahli
2.      Prosedur eksperimental
3.      Prosedeur ilmiah atau analitik
4.      Prosedur consensus
5.      Prosedur fungsi social
6.      Persistent life situation procedure
3.      Prinsip-Prinsip Memilih Materi Pembelajaran Quran Hadis
a.      Prinsip-Prinsip Psikologi
1.      Dari materi pembelajaran yang bersifat sederhana meningkat pada yang makin rukmi dan sulit
2.      Dari materi pembelajaran yang bersifat konkrit menuju kemateri yang bersifat abstrak, seperti konsep, ide, atau symbol.
3.      Dari materi yang bersifat umum meningkat ke materi yang  bersifat analisis dengan kajian yang lebiih rumit.
4.      Didasrkan atas pengggunaan penalaran, baik induktif maupun deduktif.
5.      Materi pembelajaran hendaknya mempunyai makna bagi siswa, kebermaknaan tersebut dapt didasrkan atas tolok ukur dikenalnya objek dalam kehidupan sehari-hari.[26]
b.      Prinsip-Prinsip Umum
1.      Prinsip relevansi/keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
2.      Prinsip konsistensi, yaitu jika j=kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa empat macam, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus meliputi empat.
3.      Prinsip keecukupan, yaitu meteri pembelajaran hendaknya cukup memadai dalam bentuk siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.[27]
c.       Langkah-Langkah Peilihan materi pembelajaran
1.      Mengidentifkasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
2.      Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
3.      Memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi.
4.      Memlilih suumber materi pembelajaran dari berbagai sumber.[28]
d.      Prinsip-Prinsip Penentuan Ruang Lingkup Materi Pembelajaran
a.       Menentukan jenis materi pembelajaran, apakah termasuk domain kognitif, afektif, atau psikomoto.
b.      Keluasan materi pembelajaran menunjukkan banyaknya materi pembelajaran al-Quran Hadits yang dimasukkan ke dalam materi pembelajaran
c.       Kecukupan materi pembelajaran yang akan sangat membantu pencapaian penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan.[29]
BAB  III
P E N U T U P
A.       Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.      Tujuan pembelajaran Quran hadis dirumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan, dan harapan. Oleh karena itu, tujuan dibuat berdasarkan pertimbangan factor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan (budaya). Dengan demikian, tujuan pembelajaran merupakan harapan tentang sesuatu yang diharapkan dari hasil  kegiatan pembelajaran Quran Hadis.
2.      Materi pembelajaran al-Quran Hadits berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Oleh erena itu, pemilihan meteri pelajaran Quran Hadis tentu saja harus sejalan dengan kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkuan.
3.      Perumusan tujuan dan materi pembelajaran Quran Hadis merupakan tugas pokok seorang guru sebagai langkah awal kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar