PENYUSUNAN TUJUAN DAN MATERI PEMBELAJARAN AL-QURAN
HADITS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan menyusun tujuan pembelajaran merupakan salah
satu tugas penting guru dalam proses pembelajaran. Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI Nomor. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah adanya tujuan pembelajaran yang
di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.[1]
Tujuan adalah salah satu komponen
perencanaan pembelajaran. Sedangkan menganalisis dan merumuskan tujuan
pembelajaran adalah langkah awal penyusunan perencanaan pembelajaran. Tujuan
perencanaan pembelajaran memberikan arah atau sasaran yang hendak dituju oleh
proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran al-Quran Hadits hendaknya
mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun kepada yang hendak dicapai, atau
gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan demikian, dapat
diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya,[2]
termasuk menyusun materi pembelalajaran yang dapat mengantarkan siswa untuk
mencapai tujuan tersebut.
Tujun yang
hendak dicapai adakalanya dapat diupayakan dalam jangka waktu lama atau
panjang, pertengahan atau jangka pendek. Untuk suatu kegiatan yang harus
diicapai dalam jangka waktu lama, seringkali diperlukan berbagai upaya. Upaya
tersebut biasanya mempunyai langkah-langkah yang dapat menuntun ke arah
pencapaian hasil akhir, yaitu tujuan. Oleh karena itu, jika perencanaan
pembelajaran sebagai suatu alat pencapaian tujuan pendidikan, maka tujuan yang
hendak dicapai meliputi tujuan akhir, tujuan perantara, dan tujuan segera.[3]
B.
Permasalahan
Masalah pokok yang dibahas dalam
makalah ini adalah “Bagaimana menyusun tujuan dan materi pembelajaran Quran
Hadis?”. Dari pokok permasalahan tersebut, penulis mengangkat beberapa sub
permasalahan, yaitu:
1.
Bagaimana prosedur dan teknik penyusunan tujuan pembelajaran Quran Hadis?
2.
Bagaimana kriteria dan prosedur penyusunan materi pembelajaran Quran Hadis?
3.
Bagaimana Prinsip-prinsip penyusunan tujuan pembelajaran Quran Hadis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyusunan
Tujuan Pembelajaran Quran Hadis
1.
Pengertian Tujuan pembelajaran
Menurut Robert F. Mager yang dikutip
Hamzah B. Uno, mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel memandang bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.[4]
Martinis Yamin, memandang bahwa tujuan pembelajaaran merupakan sasaran yang
hendak dicapai pada akhir pembelajaran, dan kemampuan yang harus dimiliki
siswa.[5]
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun
2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan
petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan
prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar siswa.[6]
Berangkat dari beberapa pengertian
yang dikemukakan oleh para ahli diatas, penulis menarik satu kesimpulan bahwa
tujuan pembelajaran Quran Hadis adalah sesuatu yang hendak dicapai setelah
kegiatan pembelajaran Quran Hadits, atau dengan kata lain tercapainya perubahan
perilaku pada siswa yang sesuai dengan kompetensi dasar setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
deskripsi yang spesifik dan diwujudkan dalam bentuk prilaku atau penampilan
sebagai gambaran hasil belajar.
2. Analisis dan Kriteria
Pembelajaran Quran Hadis
Tujuan pembelajaran Quran Hadis pada
dasarnya merupakan rumusan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan dimiliki siswa
setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan tujuan tersebut dirumuskan berdasarkan
analisis terhadap berbagai tuntutan, kebutuhan, dan harapan. Oleh karena itu,
tujuan dibuat berdasarkan pertimbangan faktor-faktor masyarakat, siswa itu
sendiri, serta ilmu pengetahuan (budaya). Dengan demikian, perumusan tujuan
pembelajaran Quran Hadis harus didasarkan pada harapan tentang sesuatu yang
diharapkan dari hasil proses kegiatan pembelajaran. Meager memberi batasan yang
lebih luas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan
melalui pernyataan yang menggambarkan perubahan tingkah laku yang diharapkan
terjadi diri siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan
panduan, arah, dan sasaran terhadap tindakan yang dilakukan. Tujuan dapat
dijadikan sebagai acuan dalam mengukur tindakan, betul atau salah,
ataukah berhasil atau gagal.[7]
Dengan demikian juga tujuan pembelajaran harus dapat memberi gambaran yang
jelas tentang bentuk-bentuk tingkah laku yang diharapakn dimiliki oleh siswa,
bentuk-bentuk tingkah laku tersebut banyak ragamnya seperti mengetahui,
memahami, bersikaf positif, mampu melakukan suatu pekerjaan, dan lain-lain.[8]
Perumusan tujuan pembelajaran Quran
Hadis merupakan panduan dalam memilih materi pelajaran, menentukan strategi
pembelajaran dan memilih alat-alat pembelajaran yang akan digunakan sebagai
media pembelajaran, dan sebagai dasar bagi guru untuk mengantarkan siswa mencapai
standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu, perumusan tujuan juga
dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan alat-alat penilaian hasil
belajar.
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran
Quran Hadis dengan baik, maka tujuan tersebut harus:
a.
Berorientasi pada kepentingan siswa, bukan pada guru. Titik tolaknya adalah
perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
b.
Dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, yaitu menunjuk pada hasil
perbuatan yang dapat diamati dan diukur hasilnya dengan alat ukur tertentu.[9]
3.
Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom, dan krathwohl
yang dikutip Sujarwo membagi taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.
a.
Kawasan Kognitif
Kawasan ini membahas tujuan pembelajaran berkenaan
dengan proses mental seperti; pemahaman terhadap pengetahuan, menyebutkan,
pengenalan dan sebagainya. Kawasan ini mengungkapkan kegiatan mental yang
berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yakni
evaluasi.[10]
b.
Kawasan Afektif
Kawasan ini berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interes, apresiasi dan penyesuaian dengan perasaan sosial.
c.
Kawasan Psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik.[11]
Kegiatan
pembelajaran bidang studi Quran Hadis, hendaknya merupakan suatu proses
kegiatan pembelajaran terorganisir yang diarahkan secara khusus untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang mencakup ketiga kawasan tersebut, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Oleh karena itu, rumusan tujuan pembelajaran Quran Hadis harus
mencakup ketiga kawasan domain tersebut.
4.
Bentuk Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pendidikan
Setiap lembaga pendidikan dalam
menjalankan fungsinya selalu mempunyai harapan tentang bertuk lulusan yang
dihasilakan. Lulusan yang dihasilkan setidak-tidaknya memiliki pengetahuan
keterampilan, dan sikap, sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar.
Tujuan
penddikan sebagai pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan ada yang
mencerminkan lingkup luas dan ada yang sempit. Tujuan yang mencerminkan ligkup
luas bersifat umum, oleh karenanya disebut tujuan umum, sedangkan lingkup
sempit bersifat khusus dan disebut tujuan khusus, tujuan umum
menggambarkan bentuk pribadi siswa dalam wujud keseluruhan setelah menempuh
pendidikan, sedangkan tujuan khusus merupakan jabaran tujuan umum yang
menggambarkan ciri-ciri dari wujud pribadi keseluruhan itu.[12]
b. Tujuan Pendidikan
Nasional (TPN)
Tujuan Pendidikan nasional adalah
tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis. Tujuan Pendidikan nasional suatu
bangsa merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan, artinya setiap lembanga penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan nasional bersumber dari falsafah Negara dan Fangsa
Indonesia. Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa falsafah
merupakan suatu sistem nilai yang dianut, suatu pandangan hidup bangsa. Apa
yang dianggap benar dan diyakini sebagai suatu nilai yang dapat mengantarkan
bangsa Indonesia menuju persatuan nasional. Oleh karena itu, pancasila
merupakan dasar dan cita-cita yang ingin dicapai dalam membina generasi muda
melalui lembaga-lembaga pendidikan formal.[13]
Kegiatan
pembelajaran Quran Hadis sebagai salah satu bidang studi pada pendidikan
Madrasah, mempuyai fungsi yang sama dengan bidang studi yang lain, yaitu
sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang mempunyai tujuan akhir yang sesuai
dengan arah Tujuan Pendidikan Nasional, dan tentunya merupakan bagian dari
upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional pada jenjang pendidikan
tertentu.
c. Tujuan
Institusional
Tujuan institusional sering disebut
juga dengan tujuan lembaga atau tujuan sekolah. Tujuan institusional
mencerminkan harapan yang ingin dicapai melalui pendidikan pada jenjang atau
jenis sekolah tertentu. Setiap jenjang pendidikan, bahkan setiap jenis lembaga
pendidikan menpunyai tujuan yang berbeda dengan yang lain. Jenjang pendidikan
tertentu memiliki tujuan yang menggambarkan tinngkat hasil belajar yang dicapai
siswa. Tujuan Sekolah Dasar menggambarakan tingkat pengalaman belajar baik
pengetahuan maupun keterampilanyang bersipat dasar, sedangkan tujuan SMP/Mts
tentu menggambarkan tingkat pengalaman belajar lebih tinggi di atas SD/MI.
Demikian juga tujuan SMA/MA menggambarkan tingkat pengalaman belajar lebih
tinggi dari SMP/MTs. Namun demikian, oleh karena jenjang-jenjang pendidikan
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA juga lembaga pendidikan setaraf merupakan suatu
jajaran dalam system pendidikan formal. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa
pada suatu jenjang pendidikan tertentu dapat dilanjutkan pada jenjang pendidikan
diatasnya. Ini sesuai dengan asas berkesinambungan dalam perencanaan
pembelajaran. Namun oleh karena setiap jenjang pendidikan itu juga merupakan
suatu terminal, maka pengalaman belajar yang diperoleh pada jenjang pendidikan
tersebut juga dapat dimanfaatkan, meskipun ia tidak melanjutkan kejenjang
pendidikan di atasnya.
Tujuan
lembaga pendidikan ada yang bersifat umum ada yang bersifat khusus pada suatu
jenjang pendidikan tertentu. Tujuan umum ini dapat pula di pandang sebagai
tujuan jangka panjang, karena masih menggambarkan bentuk-bentuk perilaku yang
masih umum, dan belum menggambarkan dimilikinya perilaku yang berkenaan dengan
pengetahuan atau keterampilan dan sikap berhubungan dengan bidang-bidang
tertentu.[14]
d. Tujuan Kurikuler
(Mata Pelajaran Quran Hadis)
Tujuan pembelajaran Quran Hadis
dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh peserta didik
setelah menyelesaikan kigiatan pembelajaran bidang studi Quran Hadis dalam
suatu lembaga pendidikan.[15]
Tujuan mata pelajaran al-Quran Hadits menggambarkan bentuk pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut dalam
perencanaan pembelajaran di sekolah. Tujuan ini menjadi acuan dari
bentuk-bentuk pengalaman belajar yang dicapai siswa setelah mempelajari mata
pelajaran tersebut pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu, tujuan
semacam ini dapat memberikan tuntutan kepada pelaksana perencanaan pembelajaran
sekolah tentang materi pembelajaran Quran Hadis yang dapat dikembangkan dan
disajikan.
Gambaran
tentang bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tersurat dalam rumusan
tujuan perencanaan pembelajaran sudah mulai jelas. Pada tujuan mata pelajaran
misalnya, tujuan pertama menggambarkan bahwa siswa diharapkan dapat mengenal,
memahami dan mampu mempergunakan konsep-konsep dasar al-Quran Hadits yang
berguna. Di sini di gambaran perilaku yang diharapkan telah dirumuskan. Namun
sampai sejauh ini kita belum mendapat gambaran tentang konsep-konsep dasar yang
berguna, maka untuk menentukan luas dan dalam serta aneka ragam materi
pembelajaran yang menjadi isi mata pelajaran itu perlu pula dirumuskan tujuan
sebagai acuan. Tujuan itu adalah tujuan pembelajaran.
Berikut ini disajikan contoh Standar Kompotensi
Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan
muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran yaitu:
“Kelompok mata pelajaran Agama dan
Ahklak mulia bertujuan membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berahklak mulia. Tujuan tersebut
dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewaraganegaraan, kepribadian,
ilmu pengetahuan, dan tehknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan”.[16]
Tujuan
pembelajaran al-Quran Hadits menggambarkan bentuk tingkah laku atau kemampuan
yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Dengan
demikian, dapat dikemukakan bahwa rumusan tujuan pembelajaran al-Quran Hadits
harus menggambarkan bentuk hasil belajar yang ingin dicapai siswa melalui
proses pembelajaran al-Quran Hadits Hadits yang dilaksanakan.
5. Sumber-Sumber
Perumusan Tujuan
Tujuan yang jelas dapat menjadi
tuntutan dalam pengembangan komponen perencanaan pembelajaran lain. Tujuan yang
jelas menpunyai manfaat yang sangat besar dalam pengembangan perencanaan
pembelajaran. Tujuan itu sendiri menpunyai berbagai fungsi. Hilda Taba
menjelaskan, bahwa tujuan setidak-tidaknya menpunyai fungsi sebaggai pemandu
dalam menentukan materi yang menjadi isi perencanaan pembelajaran,
bentuk-bentuk pengalaman belajar yang ingin di capai siswa, dan penetapan
kriteria yang digunakan dalam menentukan materi yang harus di ajarkan serta
bagaimana mengajarakannya.
Perencenaan pembelajaran sebagai
alat untuk mengantarkan siswa mencapai apa yang diharapkan. Harapan itu
tertuang dalam tujuan, agar tujuan yang dirumuskan dapat secara efektif
dicapai, diperlukan berbagai pertimbangan. Pertimbangan itu didasari pada
sumber–sumber perumusan tujuan yang digunakan. Ralp W. Tiler mengemukakan
saran-saran dalam penggunaan sumber perumusan tujuan perencanaan pembelajaran,
yaitu;
1. Kebutuhan Siswa
Kajian tentang kebutuhan banyak
dilakukan dalam bidang psikologi. Ini bertolak dari suatu pandangan bahwa
perilaku individu selalu di arahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Kebutuhan
itu secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam kebtutuhan biologis dan
kebutuhan psikologis. Kebutuhan biologis berkaitan dengan berbagai kebutuhan
yang dapat menunjang kelangsungan hidup sebagai mahkluk biologis, seperti
kebutuhan makan, minum, atau seks. Sedangkan kebutuhan psikologis berkaitan
dengan keadaan mental, seperti kebutuhan akan penghargaan, diakui oleh kelompok
atau kebutuhan untuk mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.[17]
2. Tuntutan kehidupan
Kehidupan manusia senantiasa
berkembang sejalan dengan perkembangan yang dicapai, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Dari masa ke masa tuntutan kehidupan selalu
berubah-ubah. Pada masyarakat tradisional misalnya, tuntutan kehidupan masih
bersifat sederhana. Sedangkan pada masyarakat modern sudah lebih kompleks.
Namun demikian, ada pula jenis-jenis tuntutan yang berlaku secara kontemporer,
tidak tergantung pada berbagai jenis perubahan atau corak kehidupan. Tuntutan
kehidupan semacam ini perlu dilakukan kajian untuk dijadikan sumber dalam
perumusan tujuan pembelajaran.[18]
Kegiatan
pembelajaran Quran Hadis sebagai bidang studi yang mengkaji Quran dan Hadis
Nabi saw, tentunya diharapkan mampu menjawab berbagai tuntutan dan permasalahan
yang muncul ditengah-tengah masyarakat yang semakin kompleks. Kondisi ini
seyogyanya menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku pendidikan(guru) untuk
dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan
tersebut.
6. Prosedur dan Teknik
Perumusan Tujuan Pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran berfungsi secara maksimal,
dalam penegembangannya perlu diperhatikan dan digunakan tolak ukur atau
kriteria tertentu. Hilda Taba mengemukakan tolak ukur rumusan tujuan sebagai
berikut :
a.
Pernyataan tujuan harus menggambarkan jenis tingkah laku yang diharapkan serta
isi atau konteks penerapannya.
b.
Rumusan Tujuan yang kompleks perlu dijabarkan sehingga tidak mengaburkan jenis
tingkah laku yang diharapkan
c.
Rumusan Tujuan harus jelas menggambarkan bentuk perilaku mana dari berbagai
pengalaman belajar yang beraneka ragam itu hendak dicapai
d.
Rumusan Tujuan harus jelas menggambarkan bentuk perilaku yang dapat
dikembangkan lebih lanjut.
e.
Tujuan harus bersifat realistis sehingga dapat diwujudkan dalam perencanaan
pembelajaran maupun dalam bentuk pengalaman belajar di kelas.[19]
Untuk mengasilkan rumusan tujuan yang dapat
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan dapat diperoleh siswa, Gronlund
memberikan petunjuk sebagai berikut:
a.
Mulai setiap rumusan tujuan pembelajaran umum dengan kata kerja (seperti,
mengetahui, memahami,mengenal dan sebagainya).
b.
Nyatakan tentang performance (perila
c.
ku/penampilan) siswa dalam setiap tujuan
d.
Setiap tujuan harus mengambarkan hasil belajar bukan proses belajar
e.
Setiap tujuan harus menggambarkan tentang terminal behavior, bukan
materi pembelajaran.
f.
Setiap tujuan hendaknya hanya mencakup satu jenis hasil belajar yang bersifat
umum.[20]
B.
Penyusunan Maeri Pembelajaran Quran Hadis
1.
Pengertian Materi pembelajaran
Materi pembelajaran adalah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.[21]
Hal senada juga diungkapkan oleh Joko Susilo, bahwa materi pembelajaran adalah
pokok-pokok yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian
kemampuan dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrument yang disusun
berdasarkan indicator pencapaian belajar.[22]
Meteri pembelajaran terdiri atas beberapa aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap atau nilai.
a.
Pengetahuan, yang meliputi fakta, konsep, prinsip, prosedur,
keterampilan, dan sikap atau nilai.
b.
Keterampilan, yaitu suatu kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan tertentu, yang dapat berarti secara jasmani maupun rohani.
c.
Sikap atau nilai, yaitu berkaitan dengan sikap atau minat untuk mengikuti
materi pembelajaran yang disajikan guru, nilai-nilai berupa aspirasi terhadap
sesuatu dan penyesuaikan perasaan social.[23]
Aspek-aspek
tersebut hendaknya menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan materi pelajaran
al-Quran Hadits dan rinciannya. Suatu satuan bahasan yang telah ditentukan
ditentukan perlu dianalisis lebih lanjut tentang konsep-konsep yang terkandung
dalam topik tersebut, prinsip-prinsip yang perlu disampaikan dan seterunya.[24]
2.
Kriteria dan Prosedur Pemilihan Materi Pelajaran
Materi pelajaran berada dalam ruang
lingkup isi kurikulum. Kerena itu, pemilihan meteri pelajaran al-Quran Hadits
tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteri) yang digunakan untuk
memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkuan.
Kriteria pemilihan materi pelajaran
yang akan dikembangkan dalam tujuan instruksional dan yang mendasari penentuan
strategi pembelajaran:
1.
Kriteria tujuan instruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk
mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku.karena
itu,materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2.
Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan
dimana setiap TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur
3.
Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin
berkembang berdasrkan potensi yang dimilikinya.
4.
Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat
yang berguna dan mampu hidup mandiri.
5.
Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya
mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa.
6.
Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sitematis dan
logis.
Setiap mata pelajaran disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic masalah
tertentu.
7.
Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, guru yang ahli dan
masyarakat.
Ketiga factor ini perlu dipertimbangkan oleh karena
ketiganya akan saling melingkapi satu sama lain.[25]
Penyusunan materi pembelajaran yang
sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, diharapkan dapat mengahadirkan meteri
pembelajaran yang betul-betul sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai melalui kegiatan
pembelajaran yang efektif. Adapun prosedur pemilihan materi pembelajaran
adalah:
1.
Prosedur menerima saran dari para ahli
2.
Prosedur eksperimental
3.
Prosedeur ilmiah atau analitik
4.
Prosedur consensus
5.
Prosedur fungsi social
6.
Persistent life situation procedure
3.
Prinsip-Prinsip Memilih Materi Pembelajaran Quran Hadis
a.
Prinsip-Prinsip Psikologi
1.
Dari materi pembelajaran yang bersifat sederhana meningkat pada yang makin
rukmi dan sulit
2.
Dari materi pembelajaran yang bersifat konkrit menuju kemateri yang bersifat
abstrak, seperti konsep, ide, atau symbol.
3.
Dari materi yang bersifat umum meningkat ke materi yang bersifat analisis
dengan kajian yang lebiih rumit.
4.
Didasrkan atas pengggunaan penalaran, baik induktif maupun deduktif.
5. Materi pembelajaran
hendaknya mempunyai makna bagi siswa, kebermaknaan tersebut dapt didasrkan atas
tolok ukur dikenalnya objek dalam kehidupan sehari-hari.[26]
b.
Prinsip-Prinsip Umum
1.
Prinsip relevansi/keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar
2.
Prinsip konsistensi, yaitu jika j=kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
siswa empat macam, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus
meliputi empat.
3.
Prinsip keecukupan, yaitu meteri pembelajaran hendaknya cukup memadai dalam
bentuk siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.[27]
c.
Langkah-Langkah Peilihan materi pembelajaran
1.
Mengidentifkasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar
2.
Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
3.
Memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi.
4.
Memlilih suumber materi pembelajaran dari berbagai sumber.[28]
d.
Prinsip-Prinsip Penentuan Ruang Lingkup Materi Pembelajaran
a.
Menentukan jenis materi pembelajaran, apakah termasuk domain kognitif, afektif,
atau psikomoto.
b.
Keluasan materi pembelajaran menunjukkan banyaknya materi pembelajaran al-Quran
Hadits yang dimasukkan ke dalam materi pembelajaran
c.
Kecukupan materi pembelajaran yang akan sangat membantu pencapaian penguasaan
kompetensi dasar yang telah ditentukan.[29]
BAB III
P E N U T U
P
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis menarik
beberapa kesimpulan yaitu:
1.
Tujuan pembelajaran Quran hadis dirumuskan berdasarkan analisis terhadap
berbagai tuntutan, kebutuhan, dan harapan. Oleh karena itu, tujuan dibuat
berdasarkan pertimbangan factor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri, serta
ilmu pengetahuan (budaya). Dengan demikian, tujuan pembelajaran merupakan
harapan tentang sesuatu yang diharapkan dari hasil kegiatan pembelajaran
Quran Hadis.
2.
Materi pembelajaran al-Quran Hadits berada dalam ruang lingkup isi kurikulum.
Oleh erena itu, pemilihan meteri pelajaran Quran Hadis tentu saja harus sejalan
dengan kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang
bersangkuan.
3.
Perumusan tujuan dan materi pembelajaran Quran Hadis merupakan tugas pokok
seorang guru sebagai langkah awal kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan siswa
mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar