Jumat, 19 Desember 2014

format ANALISIS HARI EFEKTIF (AHE) dan PROGRAM TAHUNAN



ANALISIS HARI EFEKTIF  (AHE)



Satuan Pendidikan       :  ......................
Mata Pelajaran             :  ......................
Kelas/Semester                        :  ......................
Tahun Pelajaran                       :  2013/2014                                   

 
 








NO
HARI
BULAN
Januari
2014
Pebruari
2014
Maret
2014
April
2014
Mei
2014
Juni
2014
JML

SENIN








SELASA








RABU








KAMIS








JUM’AT








SABTU








MINGGU







JUMLAH








Keterangan:
1.      Jumlah hari efektif dalam satu semester  ......  hari
2.      Jumlah Jam Mata Pelajaran .......................  adalah .... jam pelajaran per minggu
3.      Jadwal mata pelajaran  .................... Kls ...... Hari ..............................
4.      Jumlah jam yang tersedia ............. x ... = .... Jam Pelajaran)
5.      Jumlah KD Mata Pelajaran ................ Kls ..... dalam semester 1 = ...... KD
6.      Alokasi waktu


 



















PROGRAM TAHUNAN

Satuan Pendidikan          :     ....................................
MATA PELAJARAN      :     ....................................
Kelas                              :     ....................................
Tahun Pelajaran              :     ....................................

Semester
KOMPETENSI DASAR
Alokasi Waktu
Keterangan














Ulangan Harian  ……  kali
UTS 1 kali
UAS 1 kali
Cadangan Pengayaan














Jumlah




G e n a p










Ulangan Harian ..... kali
UTS
UAS
Cadangan Pengayaan









Jumah
.......



Jumlah Seluruh
.......



                        Mengetahui                                                                        Gresik, .........................
                        Kepala                                                                               Guru Mata Pelajaran






                        .........................                                                                 .....................................


SA’I ANTARA SHOFA DAN MARWAH



SA’I ANTARA SHOFA DAN MARWAH
Apakah hukum sa’i antara shofa dan marwah,fardhu/sunnah(tathowwu’) ?
Para fuqoha’ berbeda pendapat mengenai hukum sa’i antara shofa dan marwah.dalam hal ini ada 3 pendapat:
·         Pendapat pertama menyatakan bahwa sesungguhnya sa’i itu merupakan salah satu rukun haji,barang siapa yang meninggalkannya maka hajinya menjadi batal.Pendapat ini berasal dari golongan syafi’iyyah dan malikiyyah dan salah satu riwayat imam ahmad,dan itu pula yang diriwayatkan oleh para sahabat nabi seperti ibnu abbas,jabir dan a’isyah r.a.
·         Pendapat kedua menyatakan bahwa sa’i itu hukumnya wajib dan ia bukan salah satu rukun haji,maka apabila meninggalkannya wajib membayar dam(denda).Pendapat ini dikemukakan oleh golongan abu hanifah dan ats-tsauri.
·         Pendapat ketiga menyatakan bahwa sa’i itu hukumnya tathowu’(sunnah),dan tidak ada sanksi apapun bila meninggalkannya. Pendapat ini dikemukakan oleh ibnu abbas,anas,dan satu riwayat dari imam ahmad.

Dalil golongan pertama(jumhur)
Ø  Sabda nabi SAW:
اسعوافان الله كتب علىكم السّعى
“ Bersa’ilah karena sesungguhnya alloh mewajibkan atasamu sa’i “
Ø  Berdasarkan riwayat ,bahwa nabi saw ketika sa’i dalam haji wada’ tatkala dekat dengan bukit shofa beliau membaca:
انّ الصّفاوالمروةمن سعاءرالله

Disinilah alloh menyebut shofa lebih dahulu, kemudian nabi bersabda:
ابدؤابمابداءالله به
“Mulailah dengan apa yang alloh mulai dengannya”.
Kemudian beliau menyelesaikan sa’inya 7x lalu menyuruh sahabatnya mengikutinya, maka ia berkata:
خذواعنّي مناسككم
“Ambilah dari sunnahku manasik hajimu”
Karena perintah disini menunjukksn wajib,sedangkan sa’i termasuk diantara manasik haji,maka berarti sa’i adalah “rukun haji”
Ø  Hadits a’isyah r a:
لعمري مااُتمّالله حجّ من لم يطف بين الصّفاوالمروة
“demi hidupku alloh tidak akan menyempurnakan ibadah haji orang yang tidak sa’i antara shofa dan marwah”
Ø  Para jumhur juga berkata:”sesungguhnya sa’i itu beberapa lari yang diperintahkan disuatutempat ditanah haram dan merupakan salah satu ritual ibadah haji dan umrah,maka ia termasuk rukun keduanya sebagaimana thowaf dibaitullah.
Dalil golongan kedua
Abu hanifah dan ats-tsauri berpendapat bahwasanya sa’i itu wajib,dan bukan salah satu rukun haji dan umrah. Hal ini dilandasi dengan dalil-dalil sebagai berikut:
 Firman allah SWT:
 فمن حجّ البيت اُو اعتمر فلا جناح عليه ان يطّوّف بهما
“Maka barang siapa berhaji dan berumrah,maka tidaklah berdosabersa’i antara keduanya”
Ayat diatasmenunjukkan arti bahwasanya sa’i itu hukumnya boleh,sedangkan segala sesuatu yang hanya dihukumi boleh itu tentu bukan rukun. Tetapi fi’liyah nabi SAW menjadikannya wajib,maka ini sama halnya dengan wukuf di muzdalifah,melempar jumrah dan thowaf ifadah yang cukup membayar dam (denda) bagi yang meninggalkannya.
Ø  Hadits yang diriwatkan oleh الشعبي dari urwah bin mudhoris at-tho’i,ia berkata:
اُتيت رسول الله صلي الله عليه وسلم.بالمزدلفة فقلت: يا رسول الله, جئت من جبل طئ, ما تركت جبلا الاّوقفت عليه, فهل لي من حج ؟ فقال عليه السّلام : من صلي معنا هذه الصّلاة ووقف معنا هذاالوقوف. وقداُدرك عرفة قبل ليلا او نهارافقدتمّ حجّه وقضى تفثه
“Aku pernah menghadap rasulullah SAW dimuzdalifah kemudian aku bertanya:”Ya rasulullah SAW aku datang dari gunung tho’i,tidak aku lewati sebuah gunungpun kecuali aku harus berwukuf diatasnya. Apakah aku telah berhaji?, kemudian rasulullah SAW menjawab: barang siapa sholat bersamaku,wukuf bersamaku ditempat ini dan ia telah benar-benar sampai diarofah sebelumnya,diwaktu pagi/siang. Maka benar-benar telah sempurna hajinya dan ia boleh menghilangkan kotorannya.”
Segi  pengambilan hadits ini ada 2 :
v  Pertama: Pemberitahuan nabi SAW tentang kesempurnaan haji bukan tentang sa’i antara shofa dan marwah.
v  Kedua : jika memang sa’i itu termasuk wajib dan rukun haji, maka tentunya akan diterangkan tentang penanya itu,karena nabi SAW mengetahui bahwa penanya tidak mengetahui tentang kedudukan hukumnya.
Dalil golongan ketiga
Golongan yang berpendapat bahwasanya sa’i itu  tathowwu’(sunnah) dan bukan salah satu rukun haji. Ini didasarkan pada:
Ø  Firman allah ta’ala:
ومن تطوّعخيرافإنّ الله شاكرعليم
“Dan barang siapa berbuat tathowwu’(sunnah) maka sesungguhnya alloh maha mensyukuri kebaikan lagi maha mengetahui”
Ayat diatas menjelaskan bahwa sa’i itu tathowwu’(sunnah) dan bukan suatu kewajiban, maka apabila ditinggalkan tidak akan menimbulkan suatu sanksi apapun. Hal ini berdasarkan dhohirnya ayat.
Ø  Hadits nabi SAW :
الحجّ عرفة
“Haji itu arofah”
Mereka berkata : hadits ini menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan wukuf diarofah, telah dianggap sempurna hajinya dan hal ini mencakup kesempurnaan dalam berbagai seginya, beberapa hal sudah tidak perlu lagi dikerjakan, tinggal satu pekerjaan lagi yang perlu dikerjakan yaitu sa’i .
Tarjih
§  Pengarang almughni ibnu qoddamah berkata bahwa pendapat kedualah yang dianggap paling rajjih(kuat),hal ini dikarenakan dalil-dalil yang dikemukakan memang menunjukkan wajib secara mutlak bukan hanya karena kedudukannya sebagai penyempurna .
§  Sedangkan as-shobuni berpendapat bahwa pendapat yang benar adalah pendapat para jumhur, hal ini didasarkan pada fi’liyah nabi SAW serta sabda beliau :” ambillah dari (sunnah)ku manasik hajimu”(HR. Ahmad,ashabus sunnah dan al hakim),sedangkan mengikuti sunnah nabi itu hukumnya wajib, adapun ulama’ yang mengatakan bahwa sa’i itu sunnah hal ini didasarkan pada kesimpulan – kesimpulan ayat yang tidak kuat,sebagaimana yang telah diungkapkan at- thabbari ” Barang siapa berbuat tathowwu’ dengan melaksanakan haji dan umrah sekali lagi.
Hikmat At- tasyri’:
Allah SWT memerintahkan orang – orang mu’min bersa’i antara shofa dan marwah dalam rangkan ibadah haji dan umrah dan menjadikan diantara siar agamanya serta tanda bukti ketaatan kepada-Nya. Disamping itu sa’i juga berfungsi sebagai nsarana mengenang peristiwa (yang dialami nabi Ismail a.s bersama ibundanya Hajar yang sangat tabah yang ditinggalkan oleh al- khalil”nabiyulloh Ibrahim as ” disuatu lembah terpencil dan tanpa penghuni), yang mana peristiwa ini merupakan sejarah kemanusiaan yang besar.
Kesimpulan:
1.      Bahwa Shofa dan Marwah adalah sebagian dari tanda – tanda kebesaran agama Allah dan lambang – lambang ketaatan kepadaNya, dan kita semua beribadah kepadaNya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang itu.
2.      Bahwa sa’i antara shofa dan marwah adalah berarti menghidupkan peristiwa sejarah yang pernah dialami ibu nabi ismail a.s(Hajar) .
3.      Bahwa tindakan kaum musyrikin mengusap – usap berhalanya ketika sa’i , tidak menghalangi kaum muslimin untuk sa’i antara shofa dan marwah.
4.      Bahwa sa’i itu wajib bagi orang yang berhaji diBaitullah atau bagi orang yang berziarah kesana untuk melaksanakan umrah.
5.      Bahwa beribadah haji dan umrah sebagai amal tathowwu’ bukan sebagai kewajiban (karena sudah pernah melaksanakannya) adalah menunjukkan kesempurnaan iman.







DAFTAR PUSTAKA
Ali asshobuni, Muhammad.2008.Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam.Surabaya:PT Bina Ilmu.