A.
Latar
Belakang Masalah
Allah
menciptakan manusia didunia ini hanyalah untuk menyembah atau beribadah
kepada-Nya. Ketika manusia mengikuti segala yang diperintahkan oleh Allah,
dengan melaksanakan kewajiban yang ditetapkan untuknya dan menghindari yang
diharamkan, maka hal itu adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan di dunia
maupun akhirat. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia dimuka bumi ini.
Dalam ajaran islam manusia diwajibkan melaksanakan ibadah yang diatur dengan
syariah Islam, dan ibadah yang paling pokok dalam ajaran Islam adalah
melaksanakan rukun Islam, sebagaimana yang disebutkan
dalam sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : بُنِى اِلآ سْلاَمُ عَلَى خَمْشٍ شَهَادَةُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلآَّ الله وَاَنَّ مُحَمَّد وَرَسُولُهُ وَاَقِمِ الصَّلاَةَ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةَ وَحِجُّ الْبَيْتِ والصَّوْمُ رَمَضَانَ (رَوَاهُ البُخَرِى َو مُسْلِم(
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : بُنِى اِلآ سْلاَمُ عَلَى خَمْشٍ شَهَادَةُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلآَّ الله وَاَنَّ مُحَمَّد وَرَسُولُهُ وَاَقِمِ الصَّلاَةَ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةَ وَحِجُّ الْبَيْتِ والصَّوْمُ رَمَضَانَ (رَوَاهُ البُخَرِى َو مُسْلِم(
“Rosulullah
bersabda: islam ditegakkan diatas dasar lima (rukun), Syahadat bahwa tiada
tuhan selain Allah dan bahwsanya Muhammad adalah Rosulullah. Menegakkan shalat,
membayar zakat, haji kebaitullah dan puasa ramadhan.”[1]
Shalat
mempunyai kedudukan yang paling utama diantara ibadah-ibadah yang lain, tetapi
akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan cara berjamaah, baik
dirumah, mushola ataupun masjid. Shalat jama’ah mempunyai nilai yang lebih, sama nilainya dengan shalat
perorangan ditambah 27 (dua puluh tuju) derajat. Sebagimana diriwayatkan
Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang shalat berjamaah lebih baik daripada shalat
sendirian, yakni 27 derajat”.[2] Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga akan
menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain.
Salah satu
shalat yang berat dilaksanakan bagi sebagian besar kaum Muslim dewasa ini,
adalah shalat Subuh secara berjamaah.[3]
Untuk dapat melaksanakan shalat subuh, seorang
muslim haruslah selalu bangun
pagi-pagi. Bangun pagi bukanlah perkara yang mudah bagi mereka yang belum
terbiasa, apalagi bagi mereka yang suka begadang lebih-lebih kaum muda.
Padahal
shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat
lima waktu yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah.
Sebagaimana yang di informasikan dalam hadits riwayat imam muslim Rasulullah
bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah
maka ia seperti shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan
shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh”.[4]
Dengan
melakukan sholat subuh berjama’ah tepat waktu berarti kita memulai kehidupan
harian kita lebih awal. Tentu saja banyak waktu tambahan yang bisa kita
manfaatkan untuk melakukan kebaikan. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu
subuh untuk menjadikan kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya
bangun lebih awal membuat kita lebih disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di
dapat pada waktu subuh dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari penuh,
dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk diri kita sendiri.[5]
Sikap hidup seseorang berupa patut dan taat terhadap
segala peraturan atau disiplin baik langsung maupun tidak langsung merupakan
suatu cerminan dari kerajinan atau kemalasan seseorang dalam hal mengerjakan
shalat, jika mereka disiplin untuk kemungkinan besar dia itu yang rajin
melaksanakan ibadah shalat.
Mambaus Sholihin merupakan salah satu lembaga
pendidikan berbasis pesantren yang mana salah satu misinya adalah mencetak
kader Insan yang berjiwa sosial tinggi dan berjiwa disiplin, untuk
merealisasikan hal tersebut maka dibuatlah peraturan-peraturan yang dapat
menunjang hal tersebut. Misal diharuskannya semua santri untuk melaksanakan
sholat maktubah secara berjama’ah, hal itu merupakan salah satu cara
menstimulus santri atau peserta didik untuk berdisiplin melalui tindakan
ubudiyah.
Padahal bangun
pagi merupakan salah satu ciri orang disiplin. Sebagai agen perubahan seharusnya kaum muda jangan sampai tertinggal dalam
awal babak perubahan. Sebagaimana yang diinformasikan oleh Nana W. El-Fariez Dari sini timbulah sebuah kegelisahan
intelektual pada diri peneliti, bagaimana penerapan shalat subuh berjama`ah
sebagai salah satu stimulan disiplin diri? Karena
itulah peneliti tertarik untuk meneliti penerapan
shalat subuh berjama`ah sebagai stimulan disiplin diri santri
mahasiswa diasrama putri pesantren
Mambaus Sholihin.
Untuk mengetahui bagaimana upaya shalat
subuh berjama`ah ini berfungsi sebagai
salah satu stimulan disiplin
diri santri mahasiswa asrama putri
pesantren Mambaus Sholihin. Peneliti langsung
melakukan penelitian lapangan. Subjek dari penelitian ini adalah santri
mahasiswa yang tinggal di asrama
putri pesantren Mambaus Sholihin. Untuk pengumpulan
data peneliti menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian data-data
yang telah terkumpul itu di analisis menggunakan metode analisis deskriptif Kualitatif.
Berdasarkan dari latar belakang inilah penulis
tertarik untuk mengambil judul “SHALAT SUBUH BERJAMAAH DALAM MENSTIMULAN
KEDISIPLINAN SANTRI (Studi Kasus Di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin) ”.
A.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini akan dibatasi pada penerapan ibadah
shalat subuh berjama’ah, yang mana Shalat
subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat lima
waktu yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana
yang di sebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barang siapa yang melaksanakan shalat
isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh malam, dan barang
siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti shalat
malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).[6]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka masalah dapat
dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Bagaimana
shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan kedisiplinan santri Marhalah Juwairiyah diasrama
putri Mambaus Sholihin?
C.
Tujuan Penelitian
Berpijak
pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam peneletian ini
adalah: Untuk mengetahui bagaimana shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan
kedisiplinan santri Marhalah Juwairiyah diasrama putri Mambaus Sholihin.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian
ini diharapkan mampu membawa manfaat bagi:
1)
Bagi penulis dapat mempraktekkan pengetahuan dan
melatih diri dalam penelitian yang bersifat alamiah.
2)
Menambah keilmuan penulis dalam meningkatkan wacana
tentang shalat berjama’ah.
3)
Bagi pengasuh, sebagai bahan informasi mengenai
keadaan santri atau perilaku santri dalam kaitanya dengan shalat yang
dilakukan.
4)
Sebagai salah satu latihan pendisiplinan dalam diri
santri
5)
Sebagai bahan pertimbangan santri untuk menjalankan
program (shalat berjamaah) yang ada sehingga ketika diluar pondok akan terbiasa.
6)
Sebagai pelaksanaan tugas studi difakultas Tarbiyah INKAFA Suci Manyar Gresik guna memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk
memenuhi gelar kesarjanaan agama bidang pendidikan .
B.
Penelitia terdahulu
Dari
hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap literatur yang membahas
tentang subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan, dapat penulis paparkan
sebagai berikut:
Skripsi
karya Imroatus Sholikah NIM:
9321.056.07 Program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri Tahun 2010 berjudul “Pengaruh Shalat Subuh
Berjamaah Terhadap Kedisiplinan Shalat Santri Di Pondok Pesantren Sirojul Ulum
Semanding Pare Kediri .” Dalam skripsi ini Imroatus
Sholikah menyimpulkan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan pada sholat subuh
berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri.
C.
Kajian
Teori
1.
Shubuh
a.
Shalat Subuh
Subuh berasal
dari kata Shobuha-yashbuhu-ishbahan wa shobihan.
Shobuha
artinya adalah cahaya yang bersinar dan menawan, sedang ishbah adalah waktu
pagi. Subuh dinamakan subhan karena ia menggabungkan antara warna putih dan
merah sekaligus.[7]
Di dalam
Al-Qur’an Allah SWT dengan jelas memerintahkan umat manusia
untuk melaksanakan sholat, tetapi disana sholat subuh di sebut secara khusus, yakni
dalam firman-Nya:
أَقِمِ
الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ
قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوداً
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh .
Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS.
Al-Israa’ [17] : 78)”[8]
Ini adalah perintah dari Allah SWT, Dzat yang Maha
Pencipta dan Maha Suci Allah untuk melaksanakan sholat. Akan tetapi Allah SWT
mengkhususkan sholat subuh dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu sholat
subuh ini di saksikan oleh malaikat-malaikat Allah Sang Maha Pengasih.
b.
Waktu
Shubuh
Waktu
sholat subuh yaitu mulai munculnya fajar shidiq hingga siang mulai membuka
cahaya (usfur) menurut waktu ikhtiyar, atau hingga terbitnya matahari menurut
waktu jawaz.[9]Artinya shalat subuh dimulai
sejak menyingsingnya fajar, atau redupnya bintang karena cahaya matahari hingga
mulai nampak terbitnya matahari.
Sebagaiman termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Muddassir
[74] ayat 34yang artinya “Dan subuh
apabila mulai terang” dan disebutkan juga dalam surat Al-An’am [6] ayat 96 yang artinya “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah
ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
c.
Anjuran Berjamaah Subuh
Sebagimana
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari ra
beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusuf
yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari
Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Shalat berjama’ah lebih
utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.[10]
Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat
berjamaah juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, karena seseorang
tidak akan hidup tanpa adanya orang lain.
Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barang siapa yang melaksanakan shalat
isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh malam, dan barang
siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti shalat
malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).[11]
Jelaslah sudah bahwasanya, Rosululah sangat
mengajurkan berjamaah terlebih lagi pada sholat isyak dan subuh.
d.
Keutamaan
Shalat Subuh
Diantara keutamaan sholat
shubuh adalah sebagai berikut:
3)
Mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
4)
Berada dalam jaminan Allah SWT.[14]
6)
Mendapatkan ganjaran shalat malam sepenuh waktunya.[16]
7)
Keselamatan dari siksa Neraka.[17]
8)
Penyebab
masuk surga.[18]
10) Kunci kemenangan.[20]
2.
Kedisiplinan
a.
Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin”
dibentuk kata benda, dengan awalan ke- dan akhiran –an, yaitu : kedisiplinan,
yang artinya suatu hal yang membuat manusia untuk melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan keinginan atau
kepentingan-kepentingan kepada suatu cita-cita tujuan tertentu untuk mencapai
efek yang lebih besar.[21] Istilah
disiplin ini berasal dari dari bahasa latin
“Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.
Sedangkan dalam istilah bahsa inggris adalah “Discipline” yang berarti : 1) tertib, taat atau mengendalikan
tingkah laku, penguasaan diri. 2) latihan membentuk, meluruskan atau
menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral. 3)
hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki. 4) kumpulan atau
sisitem-sistem peraturan bagi tingkah laku.[22]
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
nilai-nilai yangdipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan
menjadi tanggung jawab.
Pengertian Disiplin ini menurut para
Ahli Disiplin
diartikan berbeda-beda menurut
beberapa pandangan. Di bawah ini akan disajikan beberapa pendapat yang membahas
mengenai disiplin:
Menurut Prijodarminto disiplin adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan keterikatan.[23]
Menurut Maman Rachman disiplin merupakani
upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam
mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.[24]
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman,
disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu ataupun masyarakat
yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang di dukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam
rangka pencapaian tujuan.[25]
Menurut Shochib, disiplin diri
dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku berdasarkan nilai moral yang telah
mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan maupun dorongan dari faktor eksternal.[26]
Menurut Ahmad Ghozali, disiplin dalam
islam disebut istiqoomah yaitu teguh pendirian dan patuh dalam tauhid serta
tetap beramal sholih. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bagi orang-orang yang beristiqomah
tidak akan ada rasa khawatir dan sedih, karena benar-benar meyakini kebenaran
islam. Allah SWT telah memberikan balasan yang setimpal atas istiqomah dalam
keimanan dan kegunaannya berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.[27]
Dari pendapat para ahli tersebut,
penulis menyimpulkan pengertian disiplin diri dalam penelitian ini adalah sikap
perilaku individu dalam melakukan kegiatan maupun kewajiban dalam kehidupan
berdasarkan pada moral, aturan dan agama yang dilakukan dengan sadar dan
teratur tanpa paksaan. Baik perilaku tersebut dituangkan dalam kehidupan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi siswa atau santri di katakan disiplin
diri jika siswa atau santri dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai
moral, peraturan dan agama yang ada. Karena disiplin mencakup totalitas gerak
rohani dan jasmani masa yang konsisten terus menerus tunduk dan patuh
melaksanakan segala perintah maupun peraturan. Totalitas kepatuhan meliputi
niat, akal pikiran, kata-kata dan perbuatan setiap insan.
b.
Perlunya Kedisiplinan.
Disiplin
diperlukan oleh siapapun dan dimanapun mereka berada. Ini disebabkan karena
dimanapun seseorang berada, yang selalu ada adalah peraturan dan tata tertib.
Apabila disiplin diabaikan, maka akan menimbulkan banyak masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dan tercipta perilaku yang tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku di lingkungannya.
Keyakinan
bahwa anak-anak memerlukan kedisiplinan sudah ada sejak dahulu, akan tetapi
terdapat perubahan dalam sikap mengenai alasan mereka memerlukannya. Pada masa
lalu, yang dianggap perlu adalah untuk menjamin anak menganut standar yang
ditetapkan masyarakat dan harus dipatuhi oleh anak agar tidak ditolak oleh
masyarakat. Sekarang setelah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin bila
ingin bahagia dan menjadi orang yang baik. Melalui disiplinlah mereka dapat
belajar berperilaku dengan cara diterima masyarakat dan sebagai hasilnya
diterima oleh anggota kelompok sosial mereka.
Disiplin perlu untuk perkembangan
anak karena ia harus memenuhi beberapa kebutuhannya. Dengan demikian disiplin
memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dari berbagai kebutuhan yang
diisi oleh disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Disiplin memberi rasa aman pada
anak dengan memberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik.
2) Disiplin membantu anak
mengembangkan hati nurani dalam pengambilan keputusan pengendalian perilaku.
3) Disiplin yang sesuai dengan
perkembangannya berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak
untuk mencapai apa yang diharapkan.
4) Dengan disiplin anak akan belajar
bersikap menurut cara yang akan ditafsirkan sebagai tanda kasih sayang dan
penerimaan. Hal ini merupakan esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan
bahagia.
5) Disiplin diperlukan anak untuk
hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan memperoleh persetujuan
sosial.[28]
c.
Terbentuknya Disiplin.
Pada umumnya orang biasa mengacu
konsep disiplin yang bertentangan, yaitu dengan memakai istilah positif dan
negatif. Konsep positif dari disiplin sama dengan pendidikan dan bimbingan
karena menekankan pada pertumbuhan di dalamnya yaitu menanamkan nilai-nilai
moral pada individu dan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin
diri dan pengendalian diri ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam.
Sedangkan dalam konsep negatif disiplin diartikan sebagai pengendalian dengan
kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan secara sembarangan. Ini merupakan
bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan menyakitkan bagi anak
dengan kata lain adalah hukuman.
Senada dengan uraian diatas
dalam bukunya Hurlock menyatakan bahwa
disiplin negatif memperbesar ketidak matangan individu, sedangkan disiplin
positif menumbuhkan kematangan. Disiplin negatif akan membawa hasil yang lebih
baik dibandingkan disiplin negatif.
Bagi umat islam, Al-Qur’an
merupakan kumpulan dari perintah-perintah dan larangan-larangan (peraturan)
yang harus dipatuhi oleh umat-Nya. Sebagaimana yang di jelaskan didalam
Al-Qur’an
اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ
أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ
مِنَ الَّهِ ۚمَا
لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ
مِنْ نَكِيرٍ
“Patuhilah
seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak
kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak
(pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).” ( Surat As-Syura [] : 47)
Dan sebagaimana juga dikisahkan
tentang kepatuhan dan ketundukan Nabi Ibrohim kepada Tuhan-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ
لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk
patuhlah!”
Ibrahim menjawab: “Aku
tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (Surat
Al-Baqarah [2] : 131).[29]
Banyak sekali kandungan ayat-ayat
Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar umat manusia taat, patuh dan tunduk (disiplin)
terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhannya sebagaimana
telah termaktub dalam ayat Al-Qur’an diatas.
d.
Fungsi Disiplin.
Disiplin sangat penting dan
dibutuhkan oleh setiap siswa ataupun santri. Disiplin menjadi prasyarat bagi
pembentukan sikap disiplin, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan
mengantar seorang siswa atau santri dalam menggapai kesuksesan belajar maupun
bekerja kelak dikemudian hari. Karena fungsi dari disiplin diantaranya adalah
sebagai:
1) Membangun kepribadian
2)
Melatih Kepribadian
3) Menciptakan Lingkungan Kondusif
Menurut Singgih D. Gunarsa,
fungsi disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah,
menghormati dan mematuhi otoritas, sehingga kepribadian yang baikdapat melekat
pada diri siswa.
e.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Disiplin.
Menurut Santoso faktor-faktor
yang mempengaruhi kedisiplinan itu ada 5 macam, yaitu:
1)
Pengaruh dari dalam
Pengaruh dari dalam diri sendiri misalnya karena
kesadaran dan kemauan untuk disiplin dan
pengaruh ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
dimilikinya.
2)
Kesadaran
Dengan kesadaran seseorang yang melakukan pekerjaan
berat akan terasa ringan dan terasa tidak terbebani. Kesadaran akan pentingnya
disiplin akan membuat siswa tidak terbebani untuk melakukan perbuatan disiplin.
3)
Kemauan
berbuat disiplin
Dimana ada kemauan disitu ada jalan, begitu pepatah
mengatakan. Maka hanya dengan kemauan untuk melakukan disiplin, seorang siswa
akan disiplin dalam melakukan segala tugas dan pekerjaannya.
4)
Pengetahuan
Dengan pengetahuan seorang siswa akan memahami apa
yang baik buat dirinya. Dengan demikian seseorang yang berpengetahuan akan
lebih memahami soal kedisiplinan yang dengan kedisiplinan tersebut akan
mengantarkannya untuk meraih cita-cita.
5)
Pengaruh
dari luar
Adapun pengaruh dari luar misalnya ada larangan,
perintah, pujian dan sebagainya yang kesemuanya itu akan mendorong seseorang
berbuat disiplin.[30]
f.
Macam-macam Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan
melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada
keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin
adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih. Adapun macam-macam bentuk kedisiplinan adalah sebagai berikut:
1)
Disiplin Diri
2)
Disiplin dalam beribadah
3)
Disiplin Sosial
4)
Disiplin Nasional
5)
Disiplin dalam penggunaan Waktu
3.
Marhalah
Juwairiyah
Marhalah berasal dari bahasa arab
yang artinya adalah komplek. Disini peneliti menggunakan istilah marhalah
karena dalam tatanan lokasi yang peneliti teliti menggunakan istilah Marhalah
dalam menyebutkan komplek. Disini Marhalah Juawairiyah adalah komplek yang di
huni oleh santri mahasiswa INKAFA yang bernaung di bawah yayasan Mambaus
Sholihin.
4.
Shalat Subuh Berjamaah Dalam Menstimulan Kedisiplinan
Santri.
Amalan siang yang tidak akan
diterima diwaktu malam dan amalan malam yang tidak akan diterima diwaktu siang adalah shalat. Dari sini jelaslah bahwa seseorang harus disiplin dalam shalatnya, bahwa tidak
ada alasan apapun
yang membenarkan seseorang
untuk meninggalkan shalat karena kesibukan, yakni dengan mengakhirkan,
memajukan, mengganti atau mengundurkan waktu pelaksanaanya
ketika sudah tiba waktunya mereka harus bergegas untuk menjalankannya.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan islam tertua di
Indonesia pondok pesantren yang secara fisik yang mempunyai sarana utama dalam
melaksanakan ibadah. Yang dalam proses interaksi sosialnya mempunyai karakteristik pendidikan yang melahirkan kegotong royongan, semangat tolong-menolong, jiwa kesatuan dalam jamaah, semangat mematuhi ketentuan (disiplin) dan sebagainya.
Pada dasarnya
dalam setiap individu terdapat tiga aspek yang mendorong nya untuk berlaku disiplin. Pertama,
pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan
kesadaran dan ketaatan pada peraturan, norma, kriteria atau standar, yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan.
Kedua, sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan,
pengendalian pikiran dan penendalian watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar
menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan
tertib. Karena santri atau peserta didik yang belajar dipondok
pesantren tersebut secara tidak langsung harus mematuhi peraturan dan ketentuan
yang telah dibuat didalamnya. Akibat dari sikap tersebut, maka dari para santri akan muncul suatu sikap
yang taat, disiplin dan tertib terhadap kelangsungan hidupnya.
Senada dengan pernyataan diatas dalam bukunya Nana
W. el Fariez mengatakan bahwasanya salah satu cara untuk merangsang
kedisiplinan adalah dengan melakukan sholat subuh berjama’ah tepat waktu.
Karena dengan menjalankan sholat subuh tepat waktu berarti kita memulai kehidupan harian kita
lebih awal. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh untuk menjadikan
kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal
membuat kita lebih disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu
subuh dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah
kebaikan yang kita hadiahkan untuk diri kita sendiri.[31]
Subuh merupakan momen untuk memulai perubahan dan
menyongsong kemenangan. Maka barang siapa terlelap pada waktu subuh atau
terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin), maka ia akan tergilas oleh
perubahan itu sendiri.[32]
Sungguh ironi, bagaimana mungkin islam
akan jaya bila diperjuangkan oleh orang-orang yang melalaikan (tidak disiplin)
syari’at-Nya. Dan bagaimana mungkin bangsa ini akan maju jika para penerusnya
tidak memiliki jiwa disiplin.
Dari uraian diatas tercermin bahwa dengan mengetahui keutamaan, peran sholat
subuh berjama’ah dalam kehidupan mendatang serta menerapkan shalat subuh berjamaah inilah santri
atau peserta didik akan terangsang untuk berdisiplin.
D. Metode Penelitian
Di sini
akan diuraikan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, ini ditujukan agar
peneliti dapat memperoleh informasi secara
detail mengenai efektivitas sholat shubuh berjamaah dalam meningkatkan
kedisiplinan santri di Marhalah Juwairiyah pondok pesantren Mambaus Sholihin
Suci-Manyar-Gresik. Dengan pendekatan ini,
memungkinkan peneliti untuk memperoleh data-data yang bersumber dari Roisah
Ammah, pengurus harian di Marhalah Juwairiyah serta para santri mahasiswa,
sehingga peneliti bisa menghasilkan data deskriptif sebagai salah satu acuan
dalam penelitian skripsi ini.
Sedang metode yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan metode deskriptif, peneliti menghimpun data,
menyusunnya secara sistematis, faktual dan cermat.
2.
Kehadiran Peneliti
Dalam
penelitian ini kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen yang mana seorang
peneliti berfungsi sebagai orang yang menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang
secara cermat, tertib dan leluasa juga sekaligus berfungsi sebagai pengumpul
data.
3.
Lokasi Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian yang berlokasi
di marhalah Juwairiyah yaitu komplek mahasiswi di dalam pondok
pesantren Mambaus Sholihin Suci-Manyar-Gresik.
Sumber
Data
Data yang akan
digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data skunder.
a)
Data
Primer
Data yang diperoleh dengan metode
wawancara mendalam atau in-depth interview
dipergunakan untuk memperoleh data dengan metode wawancara
dengan narasumber yang akan diwawancarai.
b)
Data
Sekunder
Data
ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak
buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan
penelitian.[33]
4.
Prosedur Pengumpulan
Data
Adapun
prosedur pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a)
Metode Observasi
Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk
mengumpulkan data tentang gambaran untuk obyek penelitian.
b)
Metode Wawancara
Metode wawancara ini di gunakan untuk mengumpulkan data
mengenai sholat subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di
Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin.
c)
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini terbagi menjadi
dua yang pertama, dokumen internal, yaitu dokumen yang dihasilkan dari
institusi tersebut, ini berupa data tentang sejarah, letak geografis pesantren
Mambaus Sholihin, mengetahui struktur dan sarana prasarana yang ada di
pesantren Mambaus Sholihin. Sedang kedua adalah dokumen eksternal berupa
literatur yang berhubungan dengan kajian peneliti, yang dalam hal ini berupa
kajian pustaka tentang sholat subuh berjama’ah kaitannya dengan stimulan santri
untuk berdisiplin.
Nana W. El Fariez mengatakan dalam bukunya yang berjudul Spirit
Subuh Mendulang Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh, bahwasanya Subuh merupakan momen untuk memulai perubahan
dan menyongsong kemenangan. Maka barang siapa
terlelap pada waktu subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin), maka
ia akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Dari pernyataan diatas jelaslah
bahwasanya subuh berjamaah melatih kita untuk berdisiplin. Karena hanya orang
yang disiplinlah yang akan menuai sukses di dunia dan akhirat.
Dalam
sebuah buku wacana yang berjudul Semangat
Pagi Semangat Perubahan dikatakan bahwasanya bangun pagi merupakan latihan
kedisiplinan yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menuju lebih baik.
Artinya dengan menerapkan sholat subuh secara berjama’ah dan kontinu maka akan
merangsang orang untuk berdisiplin. Karena bangun pagi adalah indikasi dari
disiplin.
5.
Metode
Analisis Data
Dalam menganalisis data yang
disajikan, penulis menggunakan analisis kualitatif yang menggunakan proses:
a)
Induktif.
Disini peneliti terjun ke
lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami,
mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik
kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada
lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan
tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu
maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori
dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada.
Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.[34]
b)
Deskriptif
Peneliti berusaha mempelajari masalah-masalah dalam pesantren, serta tata cara yang berlaku serta situasi-situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Disini peneliti berusaha menggambarkan objek atau subjek yang
diteliti sesuai dengan apa adanya.[35]
6.
Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian
ini untuk mengetahui keabsahan suatu data, terdapat empat kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu; (1) derajat kepercayan (credibility), (2) keteralihan (transferability),
(3) kebergantungan
(dependability), (4)
kepastian (confirmability).[36]
7.
Tahap-tahap Penelitian
Adapun
tahapan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan sebagai
berikut:
a.
Memilih topik kajian
b.
Instrumentasi
c.
Pelaksanaan penelitian
d.
Pengelolaan data
e.
Hasil penelitian
I.
Sistematika
Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan
sistematika pembahasan yang terdiri dari enam bab dengan rincian sebagai
berikut:
BAB
I : Pada
bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
penelitian terdahulu.
BAB
II : Pada bab ini diberisikan tentang kajian teori yang di dalamnya di bahas tentang efektivitas
sholat subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di marhalah
Juwairiyah Mambaus Sholihin.
BAB
III : Menyajikan data
penelitian, berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang diteliti
secara objektif dalam arti tidak tercampur dengan opini penulis
BAB
IV : Bab ini berisi tentang paparan data dari pengamatan,
hasil wawancara, serta deskripsi informan lainnya. Temuan penelitian dari hasil
aanalisis data di sajkan dalam bentuk pola, tema kecenderugan, kategori,
karakteristik, klasifikasi dan sejenisnya.
BAB
V : Bab ini berisi tentang
pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.
BAB VI : Bab ini berisi
kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran
yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
J.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Sunarto dan Syamsusin Noor. 2005.Himpunan
Shahih Bukhari, Jakarta: An-Nur.
Albani (Al), Nashiruddin, M. 2005. Ringkasan Shahih
Muslim. Jakarta: GEMA INSANI.
Arifin, Zainal.
2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Atifah, Nur, T. 2006. “Hubungan Tingkat Kedisiplinan
Dengan Prestasi Belajar”. Skripsi. Semarang: UIN Press
Danim Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti
Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia.
Depag
RI.2007.
Al-Qur’an dan Terjemahnya Perkata
Jakarta: Syaamil Al-Qur’an
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.1993.Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
EB, Hurlock. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
El-Fariez, Nana W. 2012. Spirit Subuh Mendulang
Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh. Yogyakarta : MyBooks
El
Ma’rufie, Sabil,2011. Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Hadjar, Ibnu1999. Dasar Metodologi Penelitian Kulitatif Dalam Pendidikan.
Jakarta :Raja Grafindo Persada.
Hariyanto. 2003.Psikologi Sholat.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Hariwijaya. M dan Bisri M. Djaelani.
2004.
Teknik Menulis Skripsi dan Thesis. Yogyakarta : Zenith Publisher
Herry, Mohammad. 2005. “Subuh Berjamaah”. Gatra.
Jakarta, edisi khusus lebaran, bulan November
Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Keajaiban Sholat Subuh.
Penerjemah: Muhammad Syedayet. Solo : Wacana Insan Press
Kawatja, Soegarda Poerda. 1982. Ensiklopedia pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Mahali, Mudjab, Ahmad. 2003. Hadis-Hadis
Ahkam Riwayat Syafi’i. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Malibari (Al), Asy-Syekh Zainuddin, Abdul aziz. T.th, Fath
Al-Mu'in. Terjemahan. Abul Hiyadh. Surabaya: AL HIDAYAH.
Masduki. 2008. “Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa”. Skripsi. Gresik: Inkafa Press.
Mulyana, Deddy. 2004.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi.
Mustofa, Adib Bisri. 1992. Terjemah Shohih
Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’.
Moloeng, Lexy J. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, Lamhuddin. 1995. Fiqh Ibadah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Prasetya, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta : Raja Grafindo persada.
Rafiudin, 1999. Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah. Jakarta:
SALAM.
Rosjid, Sulaiman . 1986. Fiqh Islam. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Singgih D Gunarso. 2000. Psikologi
Untuk Membimbing. Jakarta: PT Gunung Mulia.
Shochib.2004. Pola Asuh Orang
Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT
Rineke Cipta.
Sholeh Abdur Rohman. 2005. Pendidikan
Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sugiyono. 2005.
Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam
Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota.
Tu’u Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa.
Jakarta: Grafindo.
Tim Penyusun. 2015. Pedoman
Penulisan Proposal dan Skripsi. Gresik: Inkafa Press.
Ulfah, Isnatin. 2009. Fikih Ibadah. Ponorogo: STAIN Po Press.
[4] Sabil El Ma’rufie, 2011, Dahsyatnya
Sholat Subuh dan Tahajud.Bandung: PT. Mizan Pustaka, hlm. 206
[5] Nana W. El Fariez,
2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh,
Yogyakarta: MyBook, hlm 41
[7] Imad
Ali Abdus Sami Husain, 2006, Keajaiban Sholat subuh, penerjemah;
Muhammad Syedayet, tt. : Wacana Ilmu Press hlm. 25-26
[8] Ibid, hlm. 41
[21]Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm. 278
[23]Ibid, hlm.31
[24]Ibid, hlm.
32
[25]Ibid, hlm.
97
[26]Ibid, hlm.
16
20Masduki ,2008, Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa. Gresik: INKAFA press, hlm. 19
[28] Shochib, 2004, Pola Asuh Orang Tua dalam
Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: PT Rineke Cipta,
hlm.76
[29] Abdur Rohman Sholeh, 2005, Pendidikan Agama Dan
Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: PT Raja Grafindo, hlm. 56
[31] Nana W. El Fariez,
2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh,
Yogyakarta: MyBook, hlm 41
[32] Ibid, hlm. 40
[34] Prasetya Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo persada, hlm. 169
[35] Moloeng Lexy J, 2005, Metode Penelitian
Kualitatif, Cet Kedua puluh satu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 209
[36] Lexy Moleong, Metodologi penelitian…, hal. 324.