Sabtu, 04 April 2015

SHALAT SUBUH BERJAMAAH DALAM MENSTIMULASI KEDISIPLINAN SANTRI (Studi Kasus Di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin)



A.      Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia didunia ini hanyalah untuk menyembah atau beribadah kepada-Nya. Ketika manusia mengikuti segala yang diperintahkan oleh Allah, dengan melaksanakan kewajiban yang ditetapkan untuknya dan menghindari yang diharamkan, maka hal itu adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Dalam ajaran islam manusia diwajibkan melaksanakan ibadah yang diatur dengan syariah Islam, dan ibadah yang paling pokok dalam ajaran Islam adalah melaksanakan rukun Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : بُنِى اِلآ سْلاَمُ عَلَى خَمْشٍ شَهَادَةُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلآَّ الله وَاَنَّ مُحَمَّد وَرَسُولُهُ وَاَقِمِ الصَّلاَةَ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةَ وَحِجُّ الْبَيْتِ والصَّوْمُ رَمَضَانَ (رَوَاهُ البُخَرِى َو مُسْلِم(
Rosulullah bersabda: islam ditegakkan diatas dasar lima (rukun), Syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwsanya Muhammad adalah Rosulullah. Menegakkan shalat, membayar zakat, haji kebaitullah dan puasa ramadhan.”[1]
Shalat mempunyai kedudukan yang paling utama diantara ibadah-ibadah yang lain, tetapi akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan cara berjamaah, baik dirumah, mushola ataupun masjid. Shalat jama’ah mempunyai nilai yang lebih, sama nilainya dengan shalat perorangan ditambah 27 (dua puluh tuju) derajat. Sebagimana diriwayatkan Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Orang yang shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian, yakni 27 derajat”.[2] Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain.
Salah satu shalat yang berat dilaksanakan bagi sebagian besar kaum Muslim dewasa ini, adalah shalat Subuh secara berjamaah.[3] Untuk dapat melaksanakan shalat subuh, seorang muslim haruslah selalu bangun pagi-pagi. Bangun pagi bukanlah perkara yang mudah bagi mereka yang belum terbiasa, apalagi bagi mereka yang suka begadang lebih-lebih kaum muda.
Padahal shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat lima waktu yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana yang di informasikan dalam hadits riwayat imam muslim Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh”.[4]
            Dengan melakukan sholat subuh berjama’ah tepat waktu berarti kita memulai kehidupan harian kita lebih awal. Tentu saja banyak waktu tambahan yang bisa kita manfaatkan untuk melakukan kebaikan. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh untuk menjadikan kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal membuat kita lebih disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu subuh dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk diri kita sendiri.[5]  
Sikap hidup seseorang berupa patut dan taat terhadap segala peraturan atau disiplin baik langsung maupun tidak langsung merupakan suatu cerminan dari kerajinan atau kemalasan seseorang dalam hal mengerjakan shalat, jika mereka disiplin untuk kemungkinan besar dia itu yang rajin melaksanakan ibadah shalat.
Mambaus Sholihin merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren yang mana salah satu misinya adalah mencetak kader Insan yang berjiwa sosial tinggi dan berjiwa disiplin, untuk merealisasikan hal tersebut maka dibuatlah peraturan-peraturan yang dapat menunjang hal tersebut. Misal diharuskannya semua santri untuk melaksanakan sholat maktubah secara berjama’ah, hal itu merupakan salah satu cara menstimulus santri atau peserta didik untuk berdisiplin melalui tindakan ubudiyah.
Padahal bangun pagi merupakan salah satu ciri orang disiplin. Sebagai agen perubahan seharusnya kaum muda jangan sampai tertinggal dalam awal babak perubahan. Sebagaimana yang diinformasikan oleh Nana W. El-Fariez   Dari sini timbulah sebuah kegelisahan intelektual pada diri peneliti, bagaimana penerapan shalat subuh berjama`ah sebagai salah satu stimulan disiplin diri? Karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti penerapan shalat subuh berjama`ah sebagai stimulan disiplin diri santri mahasiswa diasrama putri pesantren Mambaus Sholihin.
Untuk mengetahui bagaimana upaya shalat subuh berjama`ah ini berfungsi sebagai salah satu stimulan disiplin diri santri mahasiswa asrama putri pesantren Mambaus Sholihin. Peneliti langsung melakukan penelitian lapangan. Subjek dari penelitian ini adalah santri mahasiswa yang tinggal di asrama putri pesantren Mambaus Sholihin. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian data-data yang telah terkumpul itu di analisis menggunakan metode analisis deskriptif Kualitatif.
Berdasarkan dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengambil judul “SHALAT SUBUH BERJAMAAH DALAM MENSTIMULAN KEDISIPLINAN SANTRI (Studi Kasus Di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin) ”.

A.    Batasan Masalah
Dalam penelitian ini akan dibatasi pada penerapan ibadah shalat subuh berjama’ah, yang mana Shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat lima waktu yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana yang di sebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
 “Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).[6]

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat  dirumuskan masalah  sebagai berikut:
Bagaimana shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan kedisiplinan santri Marhalah Juwairiyah diasrama putri Mambaus Sholihin?

C.         Tujuan Penelitian
Berpijak pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam peneletian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan kedisiplinan santri Marhalah Juwairiyah diasrama putri Mambaus Sholihin.

D.        Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membawa manfaat bagi:
1)      Bagi penulis dapat mempraktekkan pengetahuan dan melatih diri dalam penelitian yang bersifat alamiah.
2)      Menambah keilmuan penulis dalam meningkatkan wacana tentang shalat berjama’ah.
3)      Bagi pengasuh, sebagai bahan informasi mengenai keadaan santri atau perilaku santri dalam kaitanya dengan shalat yang dilakukan.
4)      Sebagai salah satu latihan pendisiplinan dalam diri santri
5)      Sebagai bahan pertimbangan santri untuk menjalankan program (shalat berjamaah) yang ada sehingga ketika diluar pondok akan terbiasa.
6)      Sebagai pelaksanaan tugas studi difakultas Tarbiyah INKAFA Suci Manyar Gresik guna memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk memenuhi gelar kesarjanaan agama bidang pendidikan .


B.     Penelitia terdahulu
Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap literatur yang membahas tentang subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan, dapat penulis paparkan sebagai berikut:
Skripsi karya Imroatus Sholikah NIM: 9321.056.07 Program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri Tahun 2010 berjudul “Pengaruh Shalat Subuh Berjamaah Terhadap Kedisiplinan Shalat Santri Di Pondok Pesantren Sirojul Ulum Semanding Pare Kediri .” Dalam skripsi ini Imroatus Sholikah menyimpulkan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan pada sholat subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri.

C.     Kajian Teori
1.      Shubuh
a.       Shalat Subuh
Subuh berasal dari kata Shobuha-yashbuhu-ishbahan wa shobihan.  Shobuha artinya adalah cahaya yang bersinar dan menawan, sedang ishbah adalah waktu pagi. Subuh dinamakan subhan karena ia menggabungkan antara warna putih dan merah sekaligus.[7]
Di dalam Al-Qur’an Allah SWT dengan jelas memerintahkan  umat manusia untuk melaksanakan sholat, tetapi disana sholat subuh di sebut secara khusus, yakni dalam firman-Nya:
أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوداً
 “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh . Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Israa’ [17] : 78)[8]
 Ini adalah perintah dari Allah SWT, Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Suci Allah untuk melaksanakan sholat. Akan tetapi Allah SWT mengkhususkan sholat subuh dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu sholat subuh ini di saksikan oleh malaikat-malaikat Allah Sang Maha Pengasih.
b.      Waktu Shubuh
Waktu sholat subuh yaitu mulai munculnya fajar shidiq hingga siang mulai membuka cahaya (usfur) menurut waktu ikhtiyar, atau hingga terbitnya matahari menurut waktu jawaz.[9]Artinya shalat subuh dimulai sejak menyingsingnya fajar, atau redupnya bintang karena cahaya matahari hingga mulai nampak terbitnya matahari.
Sebagaiman termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Muddassir [74] ayat 34yang artinya “Dan subuh apabila mulai terang” dan disebutkan juga dalam surat Al-An’am [6] ayat 96 yang artinyaDia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

c.       Anjuran Berjamaah Subuh
Sebagimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari ra  beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusuf yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.[10]
Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
 “Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).[11]
Jelaslah sudah bahwasanya, Rosululah sangat mengajurkan berjamaah terlebih lagi pada sholat isyak dan subuh.
d.      Keutamaan Shalat Subuh
           Diantara keutamaan sholat  shubuh adalah sebagai berikut:
1)      Jamaah shalat Subuh dipersaksikan oleh malaikat.[12]
2)      Mendapatkan berkah dari Allah SWT. [13]
3)      Mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
4)      Berada dalam jaminan Allah SWT.[14]
5)      Dibebaskan dari sifat orang munafik.[15]
6)      Mendapatkan ganjaran shalat malam sepenuh waktunya.[16]
7)      Keselamatan dari siksa Neraka.[17]
8)      Penyebab masuk surga.[18]
9)      Melihat Allah SWT pada hari Kiamat nanti.[19]
10)  Kunci kemenangan.[20]
2.      Kedisiplinan
a.      Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” dibentuk kata benda, dengan awalan ke- dan akhiran –an, yaitu : kedisiplinan, yang artinya suatu hal yang membuat manusia untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan keinginan atau kepentingan-kepentingan kepada suatu cita-cita tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar.[21] Istilah disiplin ini berasal dari dari bahasa latin  Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan dalam istilah bahsa inggris adalah “Discipline” yang berarti : 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri. 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral. 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki. 4) kumpulan atau sisitem-sistem peraturan bagi tingkah laku.[22]
            Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yangdipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab.
Pengertian Disiplin ini menurut para Ahli Disiplin diartikan berbeda-beda menurut beberapa pandangan. Di bawah ini akan disajikan beberapa pendapat yang membahas mengenai disiplin:
          Menurut Prijodarminto disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.[23]
            Menurut Maman Rachman disiplin merupakani upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.[24]
          Menurut Ekosiswoyo dan Rachman, disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu ataupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang di dukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan  kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.[25]
          Menurut Shochib, disiplin diri dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan maupun dorongan dari faktor eksternal.[26]
          Menurut Ahmad Ghozali, disiplin dalam islam disebut istiqoomah yaitu teguh pendirian dan patuh dalam tauhid serta tetap beramal sholih. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bagi orang-orang yang beristiqomah tidak akan ada rasa khawatir dan sedih, karena benar-benar meyakini kebenaran islam. Allah SWT telah memberikan balasan yang setimpal atas istiqomah dalam keimanan dan kegunaannya berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.[27]
          Dari pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan pengertian disiplin diri dalam penelitian ini adalah sikap perilaku individu dalam melakukan kegiatan maupun kewajiban dalam kehidupan berdasarkan pada moral, aturan dan agama yang dilakukan dengan sadar dan teratur tanpa paksaan. Baik perilaku tersebut dituangkan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi siswa atau santri di katakan disiplin diri jika siswa atau santri dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai moral, peraturan dan agama yang ada. Karena disiplin mencakup totalitas gerak rohani dan jasmani masa yang konsisten terus menerus tunduk dan patuh melaksanakan segala perintah maupun peraturan. Totalitas kepatuhan meliputi niat, akal pikiran, kata-kata dan perbuatan setiap insan.
b.   Perlunya Kedisiplinan.
            Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun mereka berada. Ini disebabkan karena dimanapun seseorang berada, yang selalu ada adalah peraturan dan tata tertib. Apabila disiplin diabaikan, maka akan menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dan tercipta perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungannya.
            Keyakinan bahwa anak-anak memerlukan kedisiplinan sudah ada sejak dahulu, akan tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai alasan mereka memerlukannya. Pada masa lalu, yang dianggap perlu adalah untuk menjamin anak menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan harus dipatuhi oleh anak agar tidak ditolak oleh masyarakat. Sekarang setelah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin bila ingin bahagia dan menjadi orang yang baik. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka.
Disiplin perlu untuk perkembangan anak karena ia harus memenuhi beberapa kebutuhannya. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dari berbagai kebutuhan yang diisi oleh disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)     Disiplin memberi rasa aman pada anak dengan memberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik.
2)     Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani dalam pengambilan keputusan pengendalian perilaku.
3)     Disiplin yang sesuai dengan perkembangannya berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak untuk mencapai apa yang diharapkan.
4)     Dengan disiplin anak akan belajar bersikap menurut cara yang akan ditafsirkan sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini merupakan esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan bahagia.
5)     Disiplin diperlukan anak untuk hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan memperoleh persetujuan sosial.[28]
c.    Terbentuknya Disiplin.
Pada umumnya orang biasa mengacu konsep disiplin yang bertentangan, yaitu dengan memakai istilah positif dan negatif. Konsep positif dari disiplin sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pada pertumbuhan di dalamnya yaitu menanamkan nilai-nilai moral pada individu dan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diri dan pengendalian diri ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Sedangkan dalam konsep negatif disiplin diartikan sebagai pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan secara sembarangan. Ini merupakan bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan menyakitkan bagi anak dengan kata lain adalah hukuman.
Senada dengan uraian diatas dalam  bukunya Hurlock menyatakan bahwa disiplin negatif memperbesar ketidak matangan individu, sedangkan disiplin positif menumbuhkan kematangan. Disiplin negatif akan membawa hasil yang lebih baik dibandingkan disiplin negatif.  
Bagi umat islam, Al-Qur’an merupakan kumpulan dari perintah-perintah dan larangan-larangan (peraturan) yang harus dipatuhi oleh umat-Nya. Sebagaimana yang di jelaskan didalam Al-Qur’an
اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ الَّهِ ۚمَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ
          Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).” ( Surat As-Syura [] : 47)
Dan sebagaimana juga dikisahkan tentang kepatuhan dan ketundukan Nabi Ibrohim kepada Tuhan-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ                  
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: Tunduk patuhlah! Ibrahim menjawab: Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. (Surat Al-Baqarah [2] : 131).[29]
Banyak sekali kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar umat manusia taat, patuh dan tunduk (disiplin) terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhannya sebagaimana telah termaktub dalam ayat Al-Qur’an diatas.
d.      Fungsi Disiplin.
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa ataupun santri. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap disiplin, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa atau santri dalam menggapai kesuksesan belajar maupun bekerja kelak dikemudian hari. Karena fungsi dari disiplin diantaranya adalah sebagai:
1)     Membangun kepribadian
2)     Melatih Kepribadian
3)     Menciptakan Lingkungan Kondusif
Menurut Singgih D. Gunarsa, fungsi disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas, sehingga kepribadian yang baikdapat melekat pada diri siswa.
e.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin.
Menurut Santoso faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan itu ada 5 macam, yaitu:
1)      Pengaruh dari dalam
Pengaruh dari dalam diri sendiri misalnya karena kesadaran  dan kemauan untuk disiplin dan pengaruh ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.
2)      Kesadaran
Dengan kesadaran seseorang yang melakukan pekerjaan berat akan terasa ringan dan terasa tidak terbebani. Kesadaran akan pentingnya disiplin akan membuat siswa tidak terbebani untuk melakukan perbuatan disiplin.
3)       Kemauan berbuat disiplin
Dimana ada kemauan disitu ada jalan, begitu pepatah mengatakan. Maka hanya dengan kemauan untuk melakukan disiplin, seorang siswa akan disiplin dalam melakukan segala tugas dan pekerjaannya.
4)       Pengetahuan
Dengan pengetahuan seorang siswa akan memahami apa yang baik buat dirinya. Dengan demikian seseorang yang berpengetahuan akan lebih memahami soal kedisiplinan yang dengan kedisiplinan tersebut akan mengantarkannya untuk meraih cita-cita.
5)       Pengaruh dari luar
Adapun pengaruh dari luar misalnya ada larangan, perintah, pujian dan sebagainya yang kesemuanya itu akan mendorong seseorang berbuat disiplin.[30]
f.     Macam-macam Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Adapun macam-macam bentuk kedisiplinan adalah sebagai berikut:
1)      Disiplin Diri
2)      Disiplin dalam beribadah
3)      Disiplin Sosial
4)      Disiplin Nasional
5)      Disiplin dalam penggunaan Waktu
3.      Marhalah Juwairiyah
              Marhalah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah komplek. Disini peneliti menggunakan istilah marhalah karena dalam tatanan lokasi yang peneliti teliti menggunakan istilah Marhalah dalam menyebutkan komplek. Disini Marhalah Juawairiyah adalah komplek yang di huni oleh santri mahasiswa INKAFA yang bernaung di bawah yayasan Mambaus Sholihin.
4.      Shalat Subuh Berjamaah Dalam Menstimulan Kedisiplinan Santri.
Amalan siang yang tidak akan diterima diwaktu malam dan amalan malam yang tidak akan diterima diwaktu siang adalah shalat. Dari sini jelaslah bahwa seseorang harus disiplin dalam shalatnya, bahwa tidak ada alasan apapun yang membenarkan seseorang untuk meninggalkan shalat karena kesibukan, yakni dengan mengakhirkan, memajukan, mengganti atau mengundurkan waktu pelaksanaanya ketika sudah tiba waktunya mereka harus bergegas untuk menjalankannya.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia pondok pesantren yang secara fisik yang mempunyai sarana utama dalam melaksanakan ibadah. Yang dalam proses interaksi sosialnya mempunyai karakteristik pendidikan yang melahirkan kegotong royongan, semangat tolong-menolong, jiwa kesatuan dalam jamaah, semangat mematuhi ketentuan (disiplin) dan sebagainya.
Pada dasarnya dalam setiap individu terdapat tiga aspek yang mendorong nya untuk berlaku disiplin. Pertama, pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada peraturan, norma, kriteria atau standar, yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan. Kedua, sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan penendalian watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Karena santri atau peserta didik yang belajar dipondok pesantren tersebut secara tidak langsung harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang telah dibuat didalamnya. Akibat dari sikap tersebut, maka dari para santri akan muncul suatu sikap yang taat, disiplin dan tertib terhadap kelangsungan hidupnya.
Senada dengan pernyataan diatas dalam bukunya Nana W. el Fariez mengatakan bahwasanya salah satu cara untuk merangsang kedisiplinan adalah dengan melakukan sholat subuh berjama’ah tepat waktu. Karena dengan menjalankan sholat subuh tepat waktu  berarti kita memulai kehidupan harian kita lebih awal. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh untuk menjadikan kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal membuat kita lebih disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu subuh dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk diri kita sendiri.[31] 
Subuh merupakan momen untuk memulai perubahan dan menyongsong kemenangan. Maka barang siapa terlelap pada waktu subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin), maka ia akan tergilas oleh perubahan itu sendiri.[32] Sungguh ironi,  bagaimana mungkin islam akan jaya bila diperjuangkan oleh orang-orang yang melalaikan (tidak disiplin) syari’at-Nya. Dan bagaimana mungkin bangsa ini akan maju jika para penerusnya tidak memiliki jiwa disiplin.
Dari uraian diatas tercermin bahwa dengan mengetahui keutamaan, peran sholat subuh berjama’ah dalam kehidupan mendatang serta menerapkan shalat subuh berjamaah inilah santri atau peserta didik akan terangsang untuk berdisiplin.

D.  Metode Penelitian
            Di sini akan diuraikan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, ini ditujukan agar peneliti dapat memperoleh informasi secara detail mengenai efektivitas sholat shubuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Marhalah Juwairiyah pondok pesantren Mambaus Sholihin Suci-Manyar-Gresik. Dengan pendekatan ini, memungkinkan peneliti untuk memperoleh data-data yang bersumber dari Roisah Ammah, pengurus harian di Marhalah Juwairiyah serta para santri mahasiswa, sehingga peneliti bisa menghasilkan data deskriptif sebagai salah satu acuan dalam penelitian skripsi ini.
Sedang metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan metode deskriptif, peneliti menghimpun data, menyusunnya secara sistematis, faktual dan cermat.
2.      Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen yang mana seorang peneliti berfungsi sebagai orang yang menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa juga sekaligus berfungsi sebagai pengumpul data.
3.      Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian yang berlokasi di marhalah Juwairiyah yaitu komplek mahasiswi di dalam pondok pesantren Mambaus Sholihin Suci-Manyar-Gresik.
 Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data skunder.
a)      Data Primer
Data yang diperoleh dengan metode wawancara mendalam atau in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh data dengan metode wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai.
b)      Data Sekunder
Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian.[33]
4.      Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a)      Metode Observasi
Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk mengumpulkan data tentang gambaran untuk obyek penelitian.
b)      Metode Wawancara
Metode wawancara ini di gunakan untuk mengumpulkan data mengenai sholat subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin.
c)      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yang pertama, dokumen internal, yaitu dokumen yang dihasilkan dari institusi tersebut, ini berupa data tentang sejarah, letak geografis pesantren Mambaus Sholihin, mengetahui struktur dan sarana prasarana yang ada di pesantren Mambaus Sholihin. Sedang kedua adalah dokumen eksternal berupa literatur yang berhubungan dengan kajian peneliti, yang dalam hal ini berupa kajian pustaka tentang sholat subuh berjama’ah kaitannya dengan stimulan santri untuk berdisiplin.
Nana W. El Fariez mengatakan dalam bukunya yang berjudul Spirit Subuh Mendulang Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh, bahwasanya  Subuh merupakan momen untuk memulai perubahan dan menyongsong kemenangan. Maka barang siapa terlelap pada waktu subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin), maka ia akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya subuh berjamaah melatih kita untuk berdisiplin. Karena hanya orang yang disiplinlah yang akan menuai sukses di dunia dan akhirat.
Dalam sebuah buku wacana yang berjudul Semangat Pagi Semangat Perubahan dikatakan bahwasanya bangun pagi merupakan latihan kedisiplinan yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menuju lebih baik. Artinya dengan menerapkan sholat subuh secara berjama’ah dan kontinu maka akan merangsang orang untuk berdisiplin. Karena bangun pagi adalah indikasi dari disiplin.
5.      Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang disajikan, penulis menggunakan analisis kualitatif yang menggunakan proses:
a)      Induktif.
Disini peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.[34]
b)      Deskriptif
Peneliti berusaha mempelajari masalah-masalah dalam pesantren, serta tata cara yang berlaku serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Disini peneliti berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.[35]
6.      Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian ini untuk mengetahui keabsahan suatu data, terdapat empat kriteria yang perlu   diperhatikan, yaitu; (1) derajat kepercayan (credibility), (2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan (dependability), (4) kepastian (confirmability).[36]
7.      Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahapan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut:
a.       Memilih topik kajian
b.      Instrumentasi
c.       Pelaksanaan penelitian
d.      Pengelolaan data
e.       Hasil penelitian











I.         Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari enam bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I      : Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penelitian terdahulu.
BAB II       : Pada bab ini diberisikan tentang kajian teori yang di dalamnya di bahas tentang efektivitas sholat subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin.
BAB III : Menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang diteliti secara objektif dalam arti tidak tercampur dengan opini penulis
BAB IV : Bab ini berisi tentang paparan data dari pengamatan, hasil wawancara, serta deskripsi informan lainnya. Temuan penelitian dari hasil aanalisis data di sajkan dalam bentuk pola, tema kecenderugan, kategori, karakteristik, klasifikasi dan sejenisnya.
BAB V : Bab ini berisi tentang pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.
BAB VI : Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

J.      DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sunarto dan Syamsusin Noor. 2005.Himpunan Shahih Bukhari, Jakarta: An-Nur.

Albani (Al), Nashiruddin, M. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: GEMA INSANI.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Atifah, Nur, T. 2006. “Hubungan Tingkat Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar”. Skripsi. Semarang: UIN Press

Danim Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia.

Depag RI.2007. Al-Qur’an dan Terjemahnya Perkata Jakarta: Syaamil Al-Qur’an
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

EB, Hurlock. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

El-Fariez, Nana W. 2012. Spirit Subuh Mendulang Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh. Yogyakarta : MyBooks

El Ma’rufie, Sabil,2011. Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Hadjar, Ibnu1999. Dasar Metodologi Penelitian Kulitatif Dalam Pendidikan. Jakarta :Raja Grafindo Persada.
Hariyanto. 2003.Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Hariwijaya. M dan Bisri M. Djaelani. 2004. Teknik Menulis Skripsi dan Thesis. Yogyakarta : Zenith Publisher
Herry, Mohammad. 2005. “Subuh Berjamaah”. Gatra. Jakarta, edisi khusus lebaran, bulan November
Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Keajaiban Sholat Subuh. Penerjemah: Muhammad Syedayet. Solo : Wacana Insan Press

Kawatja, Soegarda Poerda. 1982. Ensiklopedia pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.

Mahali, Mudjab, Ahmad. 2003. Hadis-Hadis Ahkam Riwayat Syafi’i. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Malibari (Al), Asy-Syekh Zainuddin, Abdul aziz. T.th, Fath Al-Mu'in. Terjemahan. Abul Hiyadh. Surabaya: AL HIDAYAH.
Masduki. 2008. “Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa”. Skripsi. Gresik: Inkafa Press.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi.
Mustofa, Adib Bisri. 1992. Terjemah Shohih Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’.

Moloeng, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, Lamhuddin. 1995. Fiqh Ibadah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Prasetya, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo persada.
Rafiudin, 1999. Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah. Jakarta: SALAM.

Rosjid, Sulaiman . 1986. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Singgih D Gunarso. 2000. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT Gunung Mulia.

Shochib.2004. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT Rineke Cipta.

Sholeh Abdur Rohman. 2005. Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota.
Tu’u Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo.

Tim Penyusun. 2015. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. Gresik: Inkafa Press.

Ulfah, Isnatin. 2009. Fikih Ibadah. Ponorogo: STAIN Po Press.




[1]Adib Bisri Mustofa, 1992, Terjemah Shohih Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’, hlm.  210
[2] Ibid, hal 178
[3] Mohammad Herry, 2005, “ Subuh Berjamaah”, Gatra, edisi khusus lebaran, bulan November, hlm. 74
[4] Sabil El Ma’rufie, 2011, Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud.Bandung: PT. Mizan Pustaka, hlm. 206
[5] Nana W. El Fariez, 2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh, Yogyakarta: MyBook, hlm 41
[6] Albani, Ringkasan Shahih , hlm. 656
[7] Imad Ali Abdus Sami Husain, 2006, Keajaiban Sholat subuh, penerjemah; Muhammad Syedayet, tt. : Wacana Ilmu Press hlm. 25-26
[8] Ibid, hlm. 41
[9]Rafiudin, Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah, Jakarta: SALAM 1999.Hlm, 69
[10] Isnatin Ulfah, 2009, Fikih Ibadah, Ponorogo :STAIN Po Press, hlm. 82
[11] Albani., Ringkasan Shahih , hlm. 656
[12] El Ma’rufie, Dahsyatnya Sholat, hlm. 158
[13] Ibid, hlm. 171
[14] Ibid, hlm. 204-205
[15] Ibid, hlm. 205
[16] Ibid, hlm. 206
[17]Husain,  Keajaiban Sholat , hlm. 59
[18] Ibid, hlm. 64
18 Ibid, hlm. 68
[20] Ibid, hlm. 75
[21]Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm. 278
[22]Tulus Tu’u. 2004, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo, hlm.20
[23]Ibid,  hlm.31
[24]Ibid, hlm. 32
[25]Ibid, hlm. 97
[26]Ibid, hlm. 16
20Masduki ,2008, Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. Gresik: INKAFA press, hlm. 19

[28] Shochib, 2004, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: PT Rineke Cipta, hlm.76

[29] Abdur Rohman Sholeh, 2005, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: PT Raja Grafindo, hlm. 56
[30] Suryadi, 2006, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak, Jakarta: Edsa Mahkota, hlm. 70
[31] Nana W. El Fariez, 2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh, Yogyakarta: MyBook, hlm 41
[32] Ibid, hlm. 40
[33] Danim Sudarman, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia, hlm. 102
[34] Prasetya Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo persada, hlm. 169
[35] Moloeng Lexy J, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 209
[36] Lexy Moleong, Metodologi penelitian…, hal. 324.