Minggu, 01 Maret 2015

CONTOH LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI


LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah memeriksa, mengarahkan,dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka selaku pembimbing saya menyatakan  bahwa skripsi saudari:
Nama               : Miftahul Rohmah
Nomor Induk  : 20108902030048
NRM               : 2010.4.089.0203.1.00415
Judul Skripsi   :OPERASI MENGEMBALIKAN KEPERAWANAN DEMI   KEHARMONISAN RUMAH TANGGA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.
Telah dapat diajukan untuk seminar proposal sebagai syarat melanjutkan skripsi dalam progam studi Ahwal Al-Syakhsiyyah.
Disetujui di                 : Gresik
Pada tanggal               :


Mengetahui,
Ketua Progam Prodi
Ahwal al-Syakhsiyyah



Fashihuddin Arafat., S.HI., S.H
NIY. 2006 01 120
Dosen Pembimbing


H. Abdul Halim, M.Hi
NIY. 2003 01 005


LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang disusun oleh:
Nama   : MIFTAHUL ROHMAH
Judul   : Operasi Mengembalikan Keperawanan Demi   Keharmonisan Rumah   Tangga Menurut Perspektif Hukum Islam.
Telah diuji dan dinilai dalam munaqoshah skripsi oleh dewan penguji, pada tangga                        :
Disahkan di     :
Pada tanggal   :
Dewan penguji :
1.                                                                           Ketua             (..............................)
2.                                                                           Sekretaris 1      (.............................)
3.                                                                           Penguji 1          (.............................)  
4.                                                                           Penguji 2          (.............................)                  
Dekan fakultas
Syari’ah




H. Abdul Halim, M.Hi
NIY. 2003 01 005

Ketua Progam Prodi
Ahwal al-Syakhsiyyah



Fashihuddin Arafat., S.HI., S.H
NIY. 2006 01 120
                                    
                Rektor Inkafa Gresik

 Drs. KH.Abdus Salam AR,MM
        NIY. 2003 01 001

LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah memeriksa, mengarahkan, dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka selaku pembimbing saya menyatakan bahwa skripsi saudara:
Nama               : MIFTAHUL ROHMAH
Nomor Induk  : 20108902030048
NRM               : 2010.4.089.0203.1.00415
Judul Skripsi   : Operasi Mengembalikan Keperawanan Demi   Keharmonisan Rumah   Tangga Menurut Perspektif Hukum Islam.
Telah dapat diajukan untuk munaqosah skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana strata satu program Ahwal Al-Syakhsiyah.
Disetujui di     : Gresik
Pada tanggal   :24 Agustus 2014
Mengetahui;
Ketua Progam Prodi
Ahwal al-Syakhsiyyah



Fashihuddin Arafat., S.HI., S.H.
NIY. 2006 01 120
Dosen Pembimbing


H. Abdul Halim, M.Hi
NIY. 2003 01 005





SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa        : MIFTAHUL ROHMAH
Nomor Induk/ NRM   : 20108902030048 / 2010.4.089.0203.1.00415
Program Studi             : Ahwal Al-Syakhsiyah.
Fakultas                       : Syari’ah
Institut                                    : Institut Keislaman Abdullah Faqih
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian sendiri dan bukan plagiasi dari penelitian hasil orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

                                                                        Gresik,
                                                                        Yang menyatakan,



 MIFTAHUL ROHMAH
                                                                        NRM: 2010.4.089.0203.1.00415





RIWAYAT HIDUP
Riwayat hidup penulis sebagai berikut:
Nama                                       : Miftahul Rohmah
Nomor induk                           : 20108902030048
NRM                                       : 2010.4.089.0203.1.00415
Fakultas/ Jurusan                     : Syari’ah/ Ahwal Al-Syakhsiyah
Tempat, Tanggal Lahir            : Bojonegoro, 03 Januari 1993
Anak ke                                   : 2  (Dua) dari 2 (Dua) Bersaudara
Ayah                                       : M. Chamzah
Ibu                                           : Kholifah
Alamat                                                : Kadung Rejo, Baureno, Bojonegoro
Pendidikan                              : 1. RA. Al-Falah Kadung Rejo  (1997-1998)
                                                  2. MI. Al-Falah Kadung Rejo  (1999-2004)
                                                  3. MTS. Miftahul Huda Kadung Rejo (2005- 2007)
                                                 4. MA. Mamba’us Sholihin Gresik (2008-2009)
                                                 5. Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA)                                                                            (2010-2014)
Pengalaman Organisasi           :
1.      Pengurus Wizaroh Nadhofah                          (2010-2011)
2.      Ketua  Wizaroh Nadhofah                              (2012-2013)
3.      Ketua  Wizaroh Nadhofah                               (2013-2014)
4.      Mentri Keuangan BEM-FS                              (2011-2012) 
5.      Wakil Presiden BEM-FS                                 (2012-2013)
6.      Anggota DPM-FS                                            (2013-2014)
7.      Anggota DPM-I                                               (2013-2014)
8.      Ketua IKSIB Putri ( Ikatan Santri Bojonegoro Mamba’us Sholihin)
                                                                         (2011-2013)

ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM (TEOLOGI ISLAM)


                                                                                        BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang Qathi’ (pasti, yang tidak mungkin lagi dimasuki oleh daya nalar manusia, seperti kewajiban melakukan shalat, wajib puasa, zakat dan haji. Kemudian ada lagi ayat-ayat yang zhanni (dugaan,memungkinkan beberapa pengertian dan penafsiran). Dari ayat-ayat yang bersifat zhanni ini timbul berbagai macam pendapat dan aliran dalam Islam.
Sekarang kita kenal berbagai macam pemikiran atau aliran-aliran pemikiran dalam Islam.  Hal tersebut sedikit menjelimet dan membuat kaum muslimin sedikit bingung dalam pmenyaksikan realitas yang ada. Terlebih dalam persoalan siapa yang benar dan siapa yang salah? Maka dari itu, siapa yang akan diikuti menjadi persoalan yang lebih rumit lagi.
Aliaran –aliran dalam Islam secara garis besarnya adalah tasawuf, filsafat dan teologi. Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah kami sebutkan di atas. Mereka terbagi lagi menjadi beberapa bagian.
Namun hal yang terpenting yang harus digaris bawahi sumber mereka satu yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedang realitas yang ada meman benar adanya bahwa Allah SWT menurunkan ayat yang sifatnya zhanni lebih banyak daripada ayat yang sifatnya Qhat’i. Agar daya nalar yang dimiliki oleh manusia berkembang.
Dan kami di sini ingin mengatakan perbedaan tersebut janganlah dianggap sebagai sebuah masalah, terlebih mengatakan hal itu adalah ‘aib. Tidak perlu bingung, dan menjadikannya sebagai beban yang memberatkan kehidupan kita. Yang terpenting mengikuti ajaran yang telah diyakini dengan sebaik mungkin. Dengan landasan fitrah yang menjadi neraca.
 2.Rumusan Masalah
Sehubungan latar belakang masalah telah kami uraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang akan kami rumuskan. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Sebutkan dan jelaskan aliran-aliran pemikiran dalam Islam?
  2. Pokok permasalahan yang menjadi perdebatan utama umat Islam itu dalam bidang apa?
  3. Jelaskan eksistensi aliran-aliran pemikiran dalam Islam terhadap masyarakat?



BAB II
ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM
A.    Teologi
1.      Pengertian ilmu Kalam (Teologi Islam)
Menuurut Ibnu Kaldum, sebagaimana dikutip A. Hanafi, ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan=kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.
Setelah itu pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Di dalam Ilmu ini dibahas tentang cara ma’rifat (mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti guna mencapai kebahagian hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama dan paling utama bahkan paling mulia, karena berkaitan dengan zat Allah, zat para Rasul-Nya.
     2.Sejarah Munculnya Teologi
Di masa Nabi Muhammad umat Islam belum mengenal namanya teologi. Karena sumber  penyelesaian segala permasalahan masa di tangan Nabi. Setelah wafatnya Nabi barulah mulai muncul sedikit permasalahan yang penyelesaiannya agak rumit. Persoalan pertama itu adalah masalah siapa yang akan menggantingan Nabi. Namun persoalan ini masi bisa diselesaikan, terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah. Hingga di zaman Umar bin Khattab persoalan teologi belum muncul.
Persoalan yang benar-benar merisaukan umat Islam setelah wafatnya khalifah yang ke-3 Utsman bin Affan. Kemudian dilanjutkan oleh Ali bin Abi Thalib. Di mana pemerintahan di kala itu sangat kacau balau. Bahkan terjadi di antara umat Islam itu sendiri. Yaitu perang jamal, Aisya binti Abu Bakar dengan Ali bin Abi Thalib. Namun perang ini dapat diselesaikan oleh khalifah. Peran selanjutnya dikenal dengan nama perang shiffin terjadi pada abad ke-7 M, anatara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan.
Di sinilah awal perpecahan umat Islam yang benar-benar tampak. Di saat pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Amr bin Ash nyaris mengalami kekalahan, kemudian Amr mengangkat al-Qur’an sebagai isyarat perdamaian. Usulan ini kemudian diterima. Sehingga diadakan perundingan. Hasilnya Ali diturunkan dari jabatannya dan Muawiyah diangkat menjadi Khalifah.                                                                                          Dari kelompok Ali tidak sepenuhnya mengikuti keputusan sang khalifah, ada yang sepakat kemudian disebut syi’ah dan yang tidak sepakat disebut khawarij.Khawarij, dianggap sebagai kelompok politik pertama yang kemudian memunculkan persoalan teologi yakni tuduhan siapa yang kafir di kalangan kaum muslimin. Mereka memandang bahwa orang yang berdosa besar telah berubah menjadi kafir. Orang-orang yang terlibat dan menyetujui perundingan pascaperang shiffin adalah orang-orang berdosa besar.                                                                            
 Kelompok inilah yang paling ekstrim, mereka menganggap hanya dirinyalah yang benar. Sehingga Ali dan Muawiyah harus dibunuh. Dan hal itu terwujud pada Ali, namun Muawiyah tidak berhasil.Lebih khususnya mazhab teologi atau ilmu kalam yang pertama dalam Islam adalah Qadhariyah dan Jabariyah. Qadhariyah didirikan oleh Ma’bad bin Khalid al-Juhani (79 H/699 M) dan Jabariyah Jahm bin Shafwan (127 H/745 M).
3.aliran-aliran Teologi Islam
    1. Khawarij
Golongan yang memisahkan diri kelompok Ali bi Abi Thalib, lebih tepatnya kelompok yang tidak sepakat dengan tahkim yang diusulkan oleh kelompok Muawiyah. Kelomapok ini dipelopori oleh Atab bin A’war dan Urwah bin Jarir.
Kelompok ini mempunyai ajaran yang keras yang menjastifikasi Ali dan Muawiyah sebagai pelaku dosa besar. Sehingga darahnya halal dan wajib untuk diperangi. Atau dengan sebutan ajaran khawarij adalah murtakib al-akbar.
2.Murji’ah
Tindakan pengkafiran terhadap Ali bi Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari yang dilakukan oleh kalangan Khawarij, mengundang sikap kekhawatiran di tengah umat Islam. Khususnya para ulama.Munculnya Murji’ah itu sangat erat kaitannya dengan khawarij, di mana golongan yang dipimpin oleh Ghilan al-Dimasyai berusaha bersikap netral. Golongan tidak sepaham dengan khwarij yang mengkafirkan para sahabat tersebut.
Pokok ajaran dari golongan ini adalah orang Muslim yang melakukan dosa besar tidak boleh dihukumi dengan hukuman dunia, sehingga masuk surga atau neraka tidak bisa ditentukan, karena diakhiratlah nanti yang menjadi sah. Golongan ini memandang orang yang beriman tidak merusak iman ketika berbuat maksiat. Sama halnya dengan ketaatan bagi orang yang kufur.Iman diartikan sebagai pengetahuan tentang Allah secara mutlak dan kufur adalah ketidaktahuan tentang Allah secara mutlak. Oleh karena orang Murji’ah menganggap iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.
3.Qadariyah
Aliran yang didirikan oleh Ma’bad al-Juhani berpandangan bahwa manusia diberikan kebebasan dalam menentukan hidupnya, tanpa ada campur tangan Tuhan. Manusia menentukan segala perbuatan yang dia inginkan.
4.Jabariyah
Golongan ini sangat berbeda dengan paham Qahariyah, karena manusia dianggap tidak mempunyai kehendak. Perbuatan manusia sepenuhnya diatur oleh Tuhan. Golongan yang dibawah oleh Jahm bin Safwan ini, bahkan menyalahkan Tuhan atas perbuatan dosa manusia. Di mana hal itu sudah menjadi setingan Tuhan. Manusia tinggal menjalankan scenario yang telah ada tersebut.
5.Mu’tazilah
Munculnya golongan ini benar-benar membawa sejarah baru, yang berpegangan kepada konsep rasionalitas. Bahkan dianggap kedudukan akal sebanding dengan wahyu. Pertama kali diperkenalkan oleh Washil bin Atha.Perinsip-perinsip kalam Mu’tazilah terhimpun dalam apa yang disebut al-ushul al-khamzah atau “pokok-pokok yang lima” yaitu at-tahid, al-manzilah bainal manzilatain, al-wa’d wal wa’id, al-adl, al-amar bil ma’ruf wan nahy anil mungkar.
Atau dapat dirincikan seperti :
1. Keesaan tuhan (al-tauhid )
2. Keadilan tuhan (al-adl )
3. Janji dan ancaman (al-wa’d wa al-waid )
4. Posisi diantara dua tempat ( al-manzilah bain al-manzilatin )
5. Amar makruf nahi munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy’an al-munkar)
6.Asy’ariyah
Kelompok asy’ariyah berhasil mengukuhkan pemahaman mereka melalui pendekatan rasional dan sistematika yang dilakukan oleh mu’tazilah. Namun faham-faham ini kemudian juga mengkritik mu’tazilah sendiri.Dalam hal sifat Tuhan asy’ari berpendapat bahwa Tuhan mempunya sifat seperti ilm, hayat, sama’, bashith dan qudrat. Sifat-sifat tersebut bukanlahdzat-Nya. Kalaui itu dzat-Nya berarti dzat-Nya adalah pengetahuan, dan Tuhan sendiri adalah pengetahuan. Tuhan bukanlah ilmu melainkan ‘alim (yang mengetahui).
Tokoh-tokoh aliran asy’ariyah yang terkemuka setelah Abu Hasan adalah al-Baqillani, al-Juwaeni, dan al-Ghazali. Tokoh yang disebut terakhir dapat disebut sebagai tokoh yang berpengaruh besar dalm menybarkan faham asy’ariyah
B.Tasawuf
  1.  Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah, saf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos (bahasa Yunani:hikmah), dan suf (kain wol kasar).
Jika diperhatikan secara saksama, tampak kelima istilah tersebut bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang terpuji, sederhana dan kedekatan dengan Tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya menggambarkan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lainnya hanya untuk Allah. Mereka rela meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan, harta benda dan sebagainya yang ada di Makkah untuk ditinggalkan karena ikut hijrah bersama Nabi ke Madinah. Tanpa ada unsur iman dan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tidaklah mungkin hal demikian mereka lakukan.
Selanjutnya kata saf juga menggambarkan keadaan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan lainnya. Demikian pula kata sufi yang berarti bersih, suci dan murni menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Selanjutnya kata suf yang berarti kain wol yang kasar menggambarkan orang yang hidupnya serba sederhana, tidak mengutamakan kepentingan dunia, tidak mau diperbudak oleh harta yang menjerumuskan dirinya dan membawa ia lupa akan tujuan hidupnya, yakni beribadah kepada Allah. Demikian pula kata sophos yang berarti hikmah juga menggambarkan keadaan orang yang jiwanya senantiasa cenderung kepada kebenaran.
Dengan demikian dari segi kebahasan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan.
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah. Selanjutnya, jika sudut pandang yang digunakan adalah pandangan bahwa manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan jika sudut pandang yang digunakan adalah manusia sebagai makhluk bertuhan, tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepada Tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
2.      Tokoh-tokoh Tasawuf dalam Sejarah
Kemunculan para sufi sebagiannya telah membuka perdebatan yang sengit dengan kaum syari’at. Mereka dituduh mengabaikan syari’at dengan ungkapan-ungkapan yang menjurus syirik. Hal tersebut akibat perbedaan yang jauh antara pengalaman spiritual yang diperoleh kaum sufi dengan patokan-patokan baku hukum fiqih yang tanpa kompromi. Tak dapat diabaikan faktor polotok yang turut memperkuat penghakiman sebagai menyimpang terhadap kaum sufi seperti yang menimpa al-Hajjaj.
Hasan al-Bashri lahir di Madinah pada 21 H/642 M dan wafat di Bashra pada 110 H/729 M. ia tumbuh dalam lingkungan yang shaleh dan memiliki pengetahuan keagamaan yang mendalam. Ia banyak belajar dari Ali bin Abi Thalib dan Huzaifah bin al-Yaman, dua sahabat Nabi yang banyak menimba pengetahuan kerohanian.
Rabi’ah al-Adawiyah yang wafat pada tahun 801 M memiliki ajaran al-Mahabbah. Bagi Rabi’ah, zuhud dilandasi oleh mahabbah (rasa cinta) yang mendalam. Kepatuhan kepada Allah Swt. pada pemikiran tasawufnya bukanlah tujuan karena ia tidak mengharapkan nikmat surga dan tidak takut azab neraka tetapi ia mematuhi-Nya karena cinta kepada-Nya.Rabi’ah dilahirkan di Bashra. Kemudian ia hidup sebagai hamba sahaya. Dalam kehidupan demikian, ia menghabiskan waktunya sepanjang malam untuk shalat dan dzikir.
Dapat dipastikan bahwa Rabi’ah adalah peletak dasar doktrin al-mahabbah dalam tasawuf. Menurutnya, cinta kepada Ilahi mempunyai dua bentuk yaitu cinta rindu dan cinta karena Dia yang layak dicintai. Menurut al-Ghazali, mungkin yang dimaksud cinta rindu ialah cinta kepada Allah Swt. karena kabaikan dan karunia-Nya kepadanya.
Adapun cinta kepada-Nya karena Dia layak dicintai ialah cinta karena keindahan dan keagungan-Nya, yang tersingkap kepadanya. Dan yang terakhir inilah cinta yang paling lujur dan mendalam serta merupakan kelezatan yang tiada taranya.
Al-Ghazali tampil dalam khazanah tasawuf sebagai tokoh penengah. Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (450 H/1058M-505/1111M). Tokoh ini demikian berpengaruh di dunia Islam. Ia lahir di Thus. Pada waktu muda ia belajar teologi pada al-Juwaini di Nisyafur. Ia kemudian menjadi begitu masyhur sebagai ahli teologi dan sains agama, sehingga pada usia muda ia diundang ke Baghdad untuk menjabat guru besar pada universitas Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk, seorang wazir Bani Saljuk adalah pengusaha di Baghdad yang menggantikan Bani Buwayh.
Perjalanan intelektualnya berakhir setelah ia mendalami tasawuf dan tampaknya ia memiliki puncak kepuasannya di dunia tasawuf. Segala jabatan duniawi ia tinggalkan kemudian ia memutuskan kembali ke Thus. Karyanya yang paling monumental adalah Ihya Ulumuddin. Karya yang dapat disebut sebagai magnum opus al-Ghazali mengenai etika spiritual. Al-Ghazali menulis karya logika dan filsafat. Namun menurut Nasr kehebatannya di bidang ini bukan dalam mengulas melainkan memberikan kritik pada pemikiran filsafat.
Al-Ghazali dapat disebut sebagai tokoh pertama yang mencoba mengkompromikan ajaran tasawuf dengan syari’at. Ajaran-ajaran tasawuf yang mulanya seperti terpisah dari syari’at oleh al-Ghazali diformulasikan sedemikian rupa sehingga menjadi amalan yang sah di kalangan kaum muslimin sunni. Pada saat yang bersamaan ia berhasil mengurangi pengaruh filsafat Peripatetik di dunia Islam. Bahkan akibat umat Islam tidak lagi menyukai filsafat terdapat beberapa pendapat yang menyatakan bahwa al-Ghazali anti intelektual seperti komentar Philip K. Hitti dan Sultan Takdir Alisyahbana.
Ajaran tasawuf al-Ghazali tampak jauh berbeda dengan ajaran tasawuf yang lain. Dapat dikatakan bahwa tasawuf al-Ghazali cenderung ortodokoks dan moderat, sedangkan ajaran tasawuf yang lain cenderung bebas, ekstrim dan dianggap berisiko terhadap kepercayaan seseorang. Hal ini terdapat pada ajaran-ajaran tasawuf yang dianut oleh Zunnun al-Mishri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hajjaj.
D. Filsafat
1.Pengertian Filsafat Islam
Dari segi bahasa, filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya.
Selanjutnya kata Islam berasal dari kata bahasa arab yaitu aslama, yuslimu, islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti selamat, sentosa, aman, dan damai. Selanjutnya Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul.
2. Aliran Utama Pemikiran Filsafat
            a. Rasionalisme
aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diukur dengan akal. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam ide. Kebenaran mengandung makna ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada kenyataan.
b. Empirisme
Aliran empirisme memandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.
Contoh : Bagaimana orang mengetahui bahwa e situ dingin. Seorang empiris  akan mengatakan bahwa “karena saya merasakan hal itu. Dalam pernyataan tersebut terdapat tiga unsur yaitu : Mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui (metode).
c. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran, yang diberikan oleh pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang (subjek).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sejarah merekam bahwa Islam sebagai agama Universal justru mendapat tantangan dari dirinya sendiri (Universalitas). Setiap pemeluk islam jika melihat ke dalam keluasan aspek dan pembahasannya maka meniscayakan beragamnya pendapat dan pandangan , tak ayalnya samudera tak bertepi, islam berusaha untuk selalu “diarungi” sejauh dan sedalam mungkin. Maka dari itu, kita melihat banyaknya kaum muslimin baik perorangan atau kelompok yang senantiasa berusaha sekuat mungkin untuk menemukan hakikat ajarannya yang Universal. Tak heran jika terjadi gesekan pandangan dan perbedaan pendapat yang mengemuka. Namun, bagi kami justru hal ini merupakan anugerah yang memperkaya khazanah keilmuan islam.
Perbedaan yang terjadi pada ranah teologi, politik, tasawuf, hukum hingga bangunan filsafat dan yang lainnya memberi warna dan corak tersendiri bagi dinamika peradaban Islam. Dari pemaparan kami di atas, dapat pembaca bayangkan betapa kayanya peradaban yang dibangun oleh Islam dan semua hal itu adalah buah hasil dari pergesekan, perbedaan dan dialektika yang terjadi di sepanjang sejarah islam.




















DAFTAR PUSTAKA
Buchori, Didin Saefuddin. 2005. Metodologi Studi Islam. Bogor : Granada Sarana Pustaka
Farida. Studi Islam. 2012. Google : Blokspot
M. Ali Hasan. 2000.  Studi Islam. Jakarta : Rajagrafindo Persada
Nata, Abuddin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Ramadan, Tariq. 2003. Menjadi Modern Bersama Islam. Jakarta : Terajau