MAFHUM WA MASHODAQ,
TAQOBUL AL-ALFADZ, DAN NISBAT BAINA AL-KULLIYAINI
Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas
Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :
Ah. Haris Fahrudi, S.Fil.I, M.Th.I
Ah. Haris Fahrudi, S.Fil.I, M.Th.I
Oleh :
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)
SUCI
MANYAR GRESIK
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam, shalawat serta salam semoga tetap di limpahkankepada Rasulullah
SAW. Penulis bersyukur kepada Ilahi Rabbi, karena-Nya makalah yangberjudul “mafhum
wa mashodaq, taqobul al-alfadz, dan nisbat baina al-kulliyaini” dapat terselesaikan.
Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa lain dapat memahami secara
mendalam tentang hal-hal yang dapat berkaitan dengan materi yang ada dalam
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada para pembaca, para pakar, penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, meski penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,
dengan keterbatasan wawasan dan referensi, kami berharap semoga makalah ini
dapat berguna bagi semua pihak, terkhusus bagi kami sendiri dan umumnya bagi
semua pihak
Gresik, 30 Maret 2013
Pemakalah
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. ........ i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB I :
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C.
Tujuan .................................................................................................. 1
D.
Manfaat ................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A.
Mafhum dan Mashodaq ....................................................................... 2
B.
Taqabul Alfadz .................................................................................... 3
C.
Nisbah Baina Kulliyaini ........................................................................ 4
BAB III :
PENUTUP .............................................................................................. 7
A.
Kesimpulan........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Telah diketahui bersama bahwa dalam ilmu manthiq, salah satu
pembahasan yang harus diketahui dalam hubungannya dengan ilmu manthiq adalah
adanya lafadz-lafadz kully yang memiliki munasabah (keterkaitan/pertalian
hubungan) diantara satu dengan yang lain, baik dalam makna pada lafadz-lafadznya
maupun antara lafadz satu dengan lafadz lainnya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka masalah dapat
dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a)
Apa
yang dimaksud dengan mafhum dan mashadaq ?
b)
Apa
yang dimaksud dengan taqabul alfadz ?
c)
Apa
yang dimaksud dengan an-Nisbah bainal kulliyaini ?
C.
TUJUAN
Berlandaskan pada
rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam makalah
ini adalah mampu menambah wawasan mahasiswa mengenai mafhum dan mashadaq, taqabul alfadz, dan an-Nisbah bainal
kulliyaini.
D.
MANFAAT
Sebagai
wacana dalam rangka memperkaya hazanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pelajaran
balaghah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Mafhum
dan Mashodaq (Denotasi dan Konotasi)
Perlu diketahui bersama bahwa ketika membahas masalah lafadz kully,
pasti akan ditemukan adanya dua dalalah (petunjuk/indikator) yang selalu
menyertainya, yaitu:
1)
Dilalah
Mafhum, yaitu menunjukkan adanya sesuatu konsep atau pengertian yang ada di
dalam diri[1].
Dengan kata lain, mafhum dapat diartikan sebagai lafadz yang menunjukkan makna
global (umum).
2)
Dilalah
Mashodaq, yaitu menunjukkan kepada adanya sesuatu yang terkena atau dikenai
konsep atau pengertian bertalian atau terkait/berkait. Atau lebih mudahnya
adalah lafadz yang termasuk rincian atau bagian dari mafhum.
Contoh:
a)
Lafadz
al-Insan (الإنسان)
Penjelasan :
Kata ini memberikan adanya dua dilalah, yaitu:
-
Pertama
adalah al-Mafhum, yaitu konsep yang ada di dalam diri manusia, artinya dilalah
untuk konsep atau pengertian diri manusia sendiri, yaitu bahwa al-insanu (الإنسان)
adalah hayawanun nathiqun (حيون النٌاطق).
-
Kedua
adalah al-Mashodaq, yaitu suatu benda yang ada di dalam realitas yang dikenai
lafadz, artinya dilalah yang ditujukan kepada diri insan atau yang dikenai oleh
lafadz insan, yaitu manusia-manusia yang jumlahnya sudah mencapai milyaran di
permukaan bumi.
b)
Lafadz
al-Nahr (air).
Penjelasan:
Kata ini memberikan dan mengandung adanya dua dilalah, yaitu:
-
Pertama
adalah al-Mafhum, yaitu air yang mengalir di permukaan tanah, mulai dari
hulunya yang berada di atas gunung sampai ke muaranya yang terletak di lautan
luas.
-
Kedua
adalah al-Mashadaq, yaitu setiap yang bernama sungai di permukaan bumi.
Dengan
memperhatikan dua contoh di atas, dapat diambil pemahaman bahwa mafhum dari
lafadz kully misalnya saja ikan (السمك), maka yang akan terlihat adalah
mashdaqnya, yaitu semua jenis ikan, baik dilaut maupun di sungai. Akan tetapi
jika konsep laut (البحر) ditambahkan pada lafadz ikan (السمك) menjadi ikan laut (البحر), maka
mashdaqnya tertuju hanya pada ikan laut saja, sehingga ikan sungai tidak bisa
tergabung di dalamnya.
Oleh
sebab itu, semakin banyak lafadz kully ditambahkan pada mafhum (konsep),
semakin sedikit mashdaqnya, misalnya menambahkan lagi konsep berwarna (الملوٌن)
dalam mafhumnya, menjadi ikan laut berwarna (الملوٌن), sehingga mashdaqnya, hanya tertuju pada
ikan laut yang berwarna saja, yang lainnya tidak. Sebaliknya semakin sedikit
penambahan mafhum dalam lafadz kully, semakin banyak mashdaqnya, misalnya
konsep ikan (السمك), tanpa ada penambahan sedikitpun dalam lafadz kully, maka
mashdaqnya adalah semua jenis ikan, baik di laut maupun di sungai.
B.
Taqabul
al-Alfadz (Perbandingan Antar Lafadz)
Taqabul adalah
dua lafadz yang tidak bisa berkumpul dalam satu tempat dan satu waktu,
misalnya: hadhir (حاضر) dan ghaib (غائب), hitam (اسود) dan
putih (ابيض) , anak dan ayah. Contoh lafadz-lafadz ini disebut mutaqabalah.
Dua lafadz yang mutaqabalah ialah dua lafadz yang tidak berkumpul dalam satu
tempat dan satu zaman.
Taqabul
itu ada tiga bagian, yaitu:
1)
Taqabul
naqidhaini (تقابل النقيضين) adalah perbandingan dua lafadz yang positif dan negatif yang
tidak bisa berkumpul dalam satu tempat dan satu waktu secara bersamaan serta
keduanya tidak bisa hilang secara bersamaan. Misalnya: Insan dan La Insana
2)
Taqabul
dhiddaini (تقابل الضدٌين) adalah perbandingan dua lafadz yang tidak bisa berkumpul dalam
satu tempat dan satu zaman secara bersamaan serta bisa hilang keduanya.
Misalnya: Baju ini bukan warna hitam dan juga bukan warna putih tetapi warna
merah.
Penjelasan:
Kedua lafadz yakni hitam dan putih ini tidak bisa berkumpul dalam
satu waktu dan satu tempat secara bersamaan dan bisa hilang keduanya karena
masih ada pilihan warna yang lain
3)
Taqabul
mutadhayifayni (تقابل المتضايفين) adalah perbandingan dua lafadz yang tidak mungkin masuk akal
salah satu dari keduanya tanpa yang lain, contoh: suami dan istri, guru dan
murid. Dari contoh lafadz-lafadz ini dapat diketahui bahwa dua lafadz tersebut,
salah satu dari keduanya tidak bisa berpisah dari yang lain
C.
Relasi
Antara Dua Lafadz Kully.
Dari penjelasan berbagai macam bentuk lafadz-lafadz yang antara
satu dengan yang lain memiliki keserasian dalam arti, jika dalam kenyataan
terdapat dua lafadz kully yang memerlukan adanya perbandingan maka, yang
terlihat adalah lima corak perbandingan, yaitu:
Hal ini dapat dianalogikan dengan dua lingkaran yang satu
diletakkan persis diatas yang lain dalam keadaan sama persis secara sempurna[3].
Contoh: kata Nar (النار) dan sya’ir (السعير) yaitu neraka,
kata pensil dan potlot
adalah alat untuk menulis
Hal ini dapat dianalogikan dengan dua lingkaran, yang satu
diletakkan persis diatas yang lain dalam keadan hampir sama[5].
Contoh: kata sekolah dan gedung tempat anak-anak didik
Penjelasan:
Mafhum dari ungkapan ini berbeda, yaitu:
-
Kata
sekolah, mafhumnya adalah tempat belajar
-
Kata
gedung tempat anak didik, mafhumnya adalah sarana belajar
Mashdaqnya sama, yaitu al-Insan atau manusia.
3)
Tabayyun yaitu, memperbandingkan dua lafadz kully yang keadaan mafhum dan
mashdaqanya berbeda. Perbandingan yang seperti ini yang paling banyak[6].
Contoh: Kata Manusia dan pohon
Kata gunung dan laut
Penjelasan:
Sebab semua wilayah dua lafadz kully tersebut berbeda-beda. Karena
itulah, tidak ada satupun manusia yang pohon, dan tidak ada satupun pohon yang
manusia, karena pohon sama sekali tidak mencakup wilayah manusia, dan
sebaliknya. Dan begitu juga gunung dan laut.
4)
Umum-Khusus
Muthlak yaitu, membandingkan dua lafadz
kully yang sescara mutlak keadaan lafadz yang satu lebih umum dari yang lainnya[8].
Hal ini dapat dianalogikan dengan dua lingkaran yang satu lebih
besar dan mencakup keseluruhan yang lebih kecil[9].
Contoh: kata manusia dan hewan.
Penjelasan; seluruh manusia adalah hewan, dan tidak semua hewan itu
manusia, akan tetapi sebagian hewan itu manusia.
5)
Umum-Khusus
Min Wajhin yaitu memperbandingkan dua lafadz kully yang jika di lihat dari satu
sisi, kully yang pertama lebih umum dari kully yang kedua, akan tetapi dari
sisi lain kully yang kedua lebih umum daripada kulli yang pertama, maksudnya
adalah dua lafadz kully yang masing-masing dari keduanya dapat diterapkan pada
afrad kully yang lain, kondisi kully yang pertama dapat diterapkan padanya
kully yang afrad, dimana kully kedua tidak dapat diterpkan padanya. Begitu juga
sebaliknya, sehingga satu sama lain mempunyai sebagian wilayah yang berbeda[10].
Hal ini dapat
dianalogikan dengan dua lingkaran yang keadaannya saling memotong lingkaran
yang lain[11].
Contoh: Kata
bunga dan merah
Penjelasan:
Dua lafadz ini,
dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda, yaitu:
- sisi pertama, kata bunga lebih umum, mengingat
bunga itu ada yang tidak merah, tetapi juga ada yang putih dan kuning.
- Sisi kedua, kata merah lebih umum dari bunga,
karena yang merah itu, tidak hanya bunga, tetapi bisa juga pada baju, topi,
kain, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.)
Dalam
membahas lafadz kully, pasti akan ditemukan adanya dua dalalah
(petunjuk/indikator) yang selalu menyertainya, yaitu: Dilalah Mafhum, Dilalah
Mashodaq,
b.)
Taqabul adalah
dua lafadz yang tidak bisa berkumpul dalam satu tempat dan satu waktu.
Taqabul itu ada tiga bagian, yaitu: Taqabul naqidhaini (تقابل النقيضين) ,
Taqabul dhiddaini (تقابل الضدٌين) , Taqabul mutadhayifayni (تقابل
المتضايفين)
c.)
Relasi Antara Dua Lafadz Kully.
jika dalam kenyataan terdapat dua lafadz kully yang memerlukan
adanya perbandingan maka, yang terlihat adalah lima corak perbandingan, yaitu: Taraduf,
Tasawiy , Tabayyun, Umum-Khusus Muthlak, Umum-Khusus
Min Wajhin .
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimiy,
Muhammad Ma’shum Zaini, Zubdatul Manthiqiyah, Jombang, Maktabah
Al-Syarifah Al-khodijah, 2008.
Al-ibrahimi,
Muhammad Nur, Ilmu Manthiq, Surabaya, Maktabah Sa’dibni Nasir Nabhan.
[1]
Muthohhari, al- Durus al- Manthiqi, Kairo, Madrasah al- Islamiyah al-
Mishriyah, 1986, h. 31
[2]
Ibnu Sa’id, Hasyiyah al-athor ‘ala Syarkh al- Khobisyiy, h. 82
[3]
Muthohhariy, Durus al- Manthiqi, Kairo, Madrasah al- Islamiyah
al- Mishriyah, 1986, h. 36
[4] Ibnu Sa’id, Hasyiyah al-athor ‘ala Syarkh
al- Khobisyiy, h.82-83
[5] Muthohhariy, Durus al- Manthiqi,
Kairo, Madrasah al- Islamiyah al- Mishriyah, 1986, h. 35
[6]
Ibnu Sa’id, Hasyiyah al-athor ‘ala Syarkh al- Khobisyiy, h.86
[7]
Muthohhariy, Durus al- Manthiqi, Kairo, Madrasah al- Islamiyah
al- Mishriyah, 1986, h. 37
[8]
Ibnu Sa’id, Hasyiyah al-athor ‘ala Syarkh al- Khobisyiy, h. 38
[9]
Muthohhariy, Durus al- Manthiqi, Kairo, Madrasah al- Islamiyah
al- Mishriyah, 1986, h. 38
[10]
Ibnu Sa’id, Hasyiyah al-athor ‘ala Syarkh al- Khobisyiy, h. 88
[11]
Muthohhariy, Durus al- Manthiqi, Kairo, Madrasah al- Islamiyah
al- Mishriyah, 1986
admin. sayaucapkan terima kasih. dengan blog ini saya yang sedang belajar mata kuliah mantiq merasa sangat terbatu dengan blog ini. semoga blog ini menjadi berkah
BalasHapusya sama sama :)
BalasHapussama sama belajar