BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu balaghah sebagai salah satu cabang ilmu dalam
bahasa Arab pun mengalami fase kemunculan, perkembangan, dan seterusnya. Ilmu
balaghah ini memiliki tiga cabang, yaitu ilmu ma’ani, bayan, dan badi’,
tidaklah ada dari awal dalam sistematika seperti yang kita kenal sekarang ini .Ilmu Ma’ani merupakan cabang ilmu dalam balaghah, yang mana salah
satu kajiannya yakni membahas tentang Qashr.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka masalah dapat
dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a)
Apa Pengertian Qashr ?
b)
Berapa Banyak Macam Qashr ?
c)
Apa Sarana-sarana Yang di Gunakan Dalam Qashr ?
1.3.
TUJUAN
Berlandaskan pada rumusan masalah tersebut di atas, maka
tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah mampu menambah wawasan
mahasiswa mengenai pengertian, macam-macam, serta banyaknya adat qashr.
1.4.
MANFAAT
Sebagai
wacana dalam rangka memperkaya hazanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pelajaran
balaghah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN QASHR
Qashr secara leksikal bermakna ‘penjara’, sedangkan
secara istilah qashr
adalah pengkhususan suatu perkara pada perkara lain dengan cara yang
khusus.
Qashar memiliki empat unsur, yaitu:
1)
maqshur (berbentuk sifat atau maushuf)
2)
maqshur alaih (berbentuk sifat atau maushuf)
3)
maqshur anhu yaitu sesuatu
yang berada di luar yang dikecualikan
4)
adat qashr.
Contoh:
Laa yafuuzu illa al-mujiddu.
Dari contoh
diatas dapat diketahui sebagai berikut:
·
Yafuuzu = maqshur
·
Al-mujiddu = maqshur alaih
·
Dan illa = adat qashr
Contoh qashr :
a)
Tidak akan
beruntung kecuali orang yang bersungguh sungguh.
b)
Hidup itu
hanyalah kepayahan.
c)
Bumi itu
bergerak bukan diam.
Dari contoh
diatas, dapat diketahui bahwasanya masing-masing contoh mengandung pengkhususan
suatu perkara pada perkara lainnya. Pada contoh pertama terdapat pengkhususan
keberuntungan bagi orang yang bersungguh-sungguh,dengan arti bahwa
keberuntungan itu hanya akan diraih oleh orang yang bersungguh-sungguh bukan
yang lainnya(tidak bersungguh-sunnguh). Pada contoh kedua terdapat penghususan
hidup dan kepayahan, dengan arti bahwa hidup itu memang dipersiapkan untuk
kepayahan bukan untuk bersantai ria. Demikian pula pada contoh-contoh
lainnya.
2.2
PEMBAGIAN QASHR
Qashr
memiliki 2 tharaf, yaitu:
1.
Maqshur dan
2.
Maqshur alaih.
Dilihat dari dua unsur utamanya (maqshur dan maqshur alaih) , qashr
terbagi menjadi 2, yaitu :
1.
Qashr shifat ala maushuf
(sifat dikhususkan hanya untuk maushuf).
, dan
, dan
2.
Qashr maushuf ala shifat (maushuf hanya dikhususkan untuk sifat).
Contoh:
a)
Tidak akan
beruntung kecuali orang yang bersungguh sungguh.
b)
Hidup itu
hanyalah kepayahan.
c)
Bumi itu
bergerak bukan diam.
Perhatikan contoh-contoh di atas, bahwa pembicara kalimat
pertama mengkhususkan keberuntungan adalah maqshur,
dan orang yang bersungguh-sungguh
disebut sebagai maqshur’alaih .kedua
komponen ini disebut sebagai tharaf
qashr.karena keberuntungan itu adalah salah satu sifat,dan orang yang
bersungguh-sungguh itu adalah salah satu maushuf,maka qashr dalam contoh ini
disebut qashr sifat ‘ala maushuf,
dengan arti bahwa sifat tersebut tidak merembet dari satu maushuf kepada
maushuf yang lain.
Pada contoh kedua
kita dapatkan bahwa hidup menjadi maqshur dan paayah menjadi maqshur’alaih.
Karena hidup itu
adalah maushuf dan payah itu adalah sifat,maka qashr pada contoh ini disebut
sebagai qashr maushuf ’ala shifat, dangan
arti bahwa maushuf tidak dapat dipisah dari sifat (payah menuju santai). Bila
kita perhatikan seluruh qashr,baik yang disebut diatas maupun yang tidak
tersebut disini,maka akan kita dapatkan bahwa setiap qashr mengandung maqshur
dan maqshur’alaih
Sedangkan
berdasarkan hakikat dan kenyataannya Qashr terbagi menjadi 2, yaitu:
1.
Qashr hakiki, dan
2.
Qashr idhafi.
Qashr hakiki adalah dikhususkannya maqshur pada
maqshur ‘alaih berdasarkan hakikat dan
kenyataan,yaitu sama sekali maqshur, tidak lepas dari maqshur ‘alaih kepada
yang lain atau lebih mudahnya ialah apabila antara makna dan esensi dari
pernyataan tersebut menggambarkan
sesuatu yang sebenarnya. Pernyataan
tersebut bersifat universal, tidak
bersifat kontekstual, dan diperkirakan tidak ada pernyataan yang membantah atau
pengecualian lagi setelah pernyataan tersebut
dan qashr hakiki ini hampir seluruhnya merupakan qashr sifat ala mushuf.
Contoh: laa
ilaaha illa allah
Qashr idhafi adalah dikhususkannya maqshur pada maqshur
‘alaih dengan disandarkannya kepada sesuatu yang tertentu, dengan kata lain
qashr idhafi adalah ungkapan qashr bersifat nisbi. Pengkhususan maqshur alaih pada ungkapan qashr ini hanya terbatas
pada maqshurnya, tidak pada selainnya .
Contoh: wamaa
muhammadun illa rasul qad khalat min qablihir rusul.
Qashr
idhafi berdasarkan keadaan mukatabnya dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Qashr ifrod
2.
Qashr qalab
3.
Qashr ta’yin
Contoh: yang
pemberni itu ali bukan hasan,
Dari contoh diatas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tergolong
qashr ifrod ialah apabila mukatab berkeyakinan bahwa kedua orang tersebut
adalah pemberani .
Tergolong
qashr qalab ialah apabila mukatab berkeyakinan yang bertentangan dengan kenyataannya.
Tergolong
qashr ta’yin adalah apabila mukatab bimbang dan tidak mampu menentukan
keyakinannya.
Contoh:
a)
Tidak ada sungai yang menyegarkan mesir
selain Nil.
b)
Pemberi rizki hanyalah Allah.
c)
Tidak ada orang yang dermawan kecuali Ali.
d)
Hasan hanyalah seorang pemberani.
Bila kita
perhatikan dua contoh pertama ( (a), (b) ) kita dapat menyimpulkan bahwa
qashrnya termasuk qashr shifat ala maushuf. Bila kita perhatikan lebih jauh,
maka kita akan melihat bahwa shifat yang menjadi maqshur pada kedua contoh
tersebut tidak dapat terpisah dari maushufnya secara mutlak. Kesegaran tanah
mesir pada contoh pertama adalah sifat yang tidak dapat lepas dari fungsi
sungai Nil dan bukan fungsi sungai yang lain. Pada contoh kedua, Rizeki tidak
lepas dari kemurahan Allah dan bukan kemurahan selain Allah. Qashr pada kedua
contoh pertama diatas disebut sebagai Qashr hakiki. Dan demikian pula
dengan contoh-contoh qashr yang lain yang mana maqshurnya hanya tertentu
(khusus) bagi maqshur alaih menurut hakikat dan kenyataannya.
Dan
pada dua contoh terakhir, yakni contoh pertama (c) qashr shifat ala maushuf,
sedangkan contoh kedua (d) merupakan qashr maushuf ala shifat. Bila kita
perhatikan lebih jauh, kita dapat melihat bahwa maqshur pada kedua contoh
tersebut adalah tertentu (khusus) bagi maqshur alaih apabila disandarkan pada
suatu hal tertentu dan tidak disandarkan pada hal-hal lain, karena pembicara
pada contoh pertama (c) bermaksud mengkhususkan sifat dermawan kepada Ali bila
dinisbatkan kepada orang-orang tertentu, seperti Khalid misalnya, dan pembicara
itu tidak bermaksud untuk menafikan orang yang dermawan selain Ali karena
kenyataannya memang demikian. Demikian pula dengan contoh terakhir (d). Oleh
karena itu, qashr pada kedua contoh terakhir disebut sebagai qashr idhafi.
2.3
SARANA –SARANA QASHR
Teknik
penyusunan qashr ada 3, yaitu:
a)
Menggunakan kata-kata yang secara langsung menggambarkan
pengkhususan (menggunakan kata qashr dan khushush),
b)
Menggunakan dalil di luar teks, seperti pertimbangan akal, perasaan
indrawi, pengalaman, atau berdasarkan prediksi yang didukung oleh indikator-indikator
tertentu, kata penjelas,dan
c)
Adat qashr seperti dhomir fashl, nafyi, istisna’, innamaa dan
maqshur alaihnya, athaf terhadap laa, bal, ataupun laakin.
Sarana-sarana qashr yang mashur itu ada 4, yaitu:
1)
Nafyi dan istisna’ ,
Dan maqshur ‘alaihnya
terdapat setelah huruf istisna’.
Contoh: . ما شوقي إلا شاعر وما شوقي إلا شاعر.
2)
Innamaa ,
Dan maqshur alaihnya adalah lafadz yang wajib disebut terakhir.
Contoh: (إِنَّمَا
يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا (الفاطر: 28
3)
Athof dengan laa, bal, atau lakin.
Contoh:
عمر الفتى ذكره لا طول مدته * وموته حزيه لا يومه الداني
Bila athof memakai huruf laa, maka maqshur alaihnya
adalah lafdz yang bertolak belakang dengan lafadz yng jatuh setelah laa, dan
bila thofnya dengan bal atau laakin, maka maqshur alaihnya adalah lafadz yang
jatuh setelahnya dengan kata lain laa bermakna mengeluarkan ma’ thuf dari hukum
yg berlaku untuk ma’thuf alaih. Posisi
maqshur dan maqshur alaih sebelum huruf athaf “laa”. Penggunaan laa untuk
menqashar harus memenuhi syarat:
a.
Ma’thufnya mufrad bukan jumlah, .
b.
Didahului oleh ungkapan ijab, amar, atau nida’.
c.
Ungkapan sebelumnya tidak membenarkan ungkapan sesudahnya.
Kata “bal” = dalam qashr bermakna idhrab (mencabut hukum dari yang
pertama dan menetapkan kepada yang kedua). Posisi maqshur alaih nya terletak
setelah kata “bal”. Syarat-syarat:
·
Ma’thuf bersifat mufrad, bukan jumlah, .
·
Didahului oleh ungkapan ijab, amar, atau nida.
Kata
“lakinna” menjadi adat qashar berfungsi sebagai istidrak. Kata ini sama
fungsinya dengan “bal”.
4.)
Didahulukannya lafadz yang
seharusnya diakhirkan. Disini maqshur alaihnya adalah lafadz yang didahulukan.
Contoh:
(إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (الفاتحة: 5
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a)
Qashr secara leksikal bermakna ‘penjara’, sedangkan secara istilah qashr
adalah pengkhususan suatu perkara pada perkara lain dengan cara yang
khusus.
b)
Qashar memiliki empat unsur, yaitu: maqshur (berbentuk sifat atau
maushuf) , maqshur alaih (berbentuk sifat atau maushuf), maqshur anhu yaitu
sesuatu yang berada di luar yang dikecualikan, adat qashr.
c)
Qashr memiliki 2 tharaf, yaitu: Maqshur dan Maqshur alaih.
d)
Dari dua unsur utamanya (maqshur dan maqshur alaih) , qashr terbagi
menjadi 2, yaitu : Qashr shifat ala maushuf
(sifat dikhususkan hanya untuk maushuf) dan Qashr maushuf ala shifat
(maushuf hanya dikhususkan untuk sifat).
e)
berdasarkan hakikat dan kenyataannya Qashr terbagi menjadi 2,
yaitu: Qashr hakiki, dan Qashr idhafi.
f)
Qashr idhafi berdasarkan keadaan mukatabnya dibagi menjadi 3,
yaitu: Qashr ifrod, Qashr qalab, Qashr ta’yin.
g)
Sarana-sarana qashr yang
mashur itu ada 4, yaitu: Nafyi dan istisna’, Innamaa, Athof (dengan laa, bal,
atau lakin), Didahulukannya lafadz yang seharusnya diakhirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Jarim, Ali
dan Amin Musthafa. 2011.Terjemahan Al-Baalaghatul Wadhihah.Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2011/10/makalah-balaghah.html3.
Al-Qashr (rhetorical restriction)
http://rexpozforum.blogspot.com/2010/08/al-balaghah-ilmu-maani.html
http://rexpozforum.blogspot.com/2010/08/al-balaghah-ilmu-maani.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar